Oleh TAUFAN TEGUH AKBARI
Baca Juga:
Bukan Kebetulan! Ini Hubungan Mengejutkan Antara Tinggi Badan dan Kecerdasan
The Best Leaders Are Great Teachers (Sydney Finkelstein)
KATA kunci dari tantangan zaman ini
adalah pemimpin.
Baca Juga:
Eliyunus Waruwu Pemimpin Berkarakter Transformasional untuk Nias Barat Cerah
Dibutuhkan
sosok pemimpin yang berperan lebih krusial dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Satu
setengah tahun lalu, pandemi menyerang dan banyak yang menyoroti bagaimana
peran pemimpin dalam menavigasikan perubahan atau setidaknya bertahan di
kondisi yang sekarang.
Perjuangannya
berat dan pemimpin harus beradaptasi dengan berbagai situasi dan
ketidakpastiaan.
Kini
dunia perlahan kembali menata dan berangsur-angsur membaik.
Vaksin
terus didistribusikan, bisnis mulai bangkit perlahan, dan organisasi kembali
menata kebijakannya.
Satu
tahun setengah telah dilalui dengan begitu banyak tantangan, baik fisik maupun
mental.
Awalnya,
pemimpin fokus untuk bertahan, sekarang kita fokus bagaimana membentuk generasi
masa depan yang unggul dan punya daya juang tinggi.
Di sini
peran pemimpin sesungguhnya, bagaimana mereka turun untuk melakukan kaderisasi
terhadap anggotanya, baik itu di perusahaan, organisasi, dan pemerintahan.
Pemimpin
tidak hanya dituntut untuk mampu mengubah keadaan, tapi juga mendidik
anggotanya untuk menjadi lebih berdaya, berkarya, dan bermakna bagi sekitarnya.
Leaducation adalah istilah yang tepat bagi
peran pemimpin saat ini dalam mempersiapkan masa depan.
Memimpin
bukan hanya perkara memastikan proses administrasi berjalan sesuai arahan.
Tidak
hanya mengendalikan sumber daya dan aset organisasi semata.
Namun
harus memastikan semua itu dijalankan dengan kualitas talenta organisasi yang
berkualitas dan mumpuni.
Hal ini
bisa terwujud manakala para pemimpin dalam organisasi paham betul bahwa
pertumbuhan berbanding lurus dengan pengetahuan.
Talenta
organisasi yang berpengetahuan memiliki kompetensi intelektual yang relevan
dengan kondisi masa kini.
Situasi
ini hanya bisa terwujud apabila pemimpin juga berperan sebagai pendidik bagi
pengikutnya.
Pendekatan Konsep Leaducation
Leaducation merupakan konsep kepemimpinan
dalam organisasi yang mengedepankan pendidikan, pendampingan, bimbingan dan
pengembangan talenta dalam organisasi atau perusahaan.
Konsep
kepemimpinan yang memberikan pengaruh dengan mendidik, menciptakan ruang tumbuh
berkembang bagi pengikut dan membangun mental learning organizationbagi perusahaannya.
Talenta
yang berkualitas dapat terus dipertahankan ketika pemimpin dalam organisasi
dapat terus membawa kebaruan dan memastikan semua beradaptasi dengan baik.
Konsep leaducationberasal dari dua suku
kata, pemimpin dan pendidikan.
Istilah
pendidikan berasal dari kata "didik".
Ditambahkan
awalan "pe" dan akhiran "kan", maka mereka menjadi sebuah aktivitas.
Awalnya,
pendidikan berasal dari kata Yunani, yakni paedagogie.
Artinya,
bimbingan yang diberikan kepada anak.
Sedangkan
pemimpin artinya orang yang memimpin.
Apabila
kita terjemahkan dua kata ini ke dalam konsep, leaducation berarti konsep kepemimpinan yang mengedepankan aspek
pendidikan kepada para peserta didik dan pengikut untuk menjadi pribadi yang
lebih baik.
Pendidikan
di sini bukan pendidikan dalam kelas, melainkan universitas kehidupan.
Bagaimana
pemimpin mendorong anggotanya untuk berkembang, mengajarkan apa yang penting
dan tidak penting, dan tentunya memberikan contoh kepada anggotanya tentang
nilai dan norma.
Aktornya
disebut dengan leaducator yang
merupakan gabungan dari kata pemimpin dan pendidik.
Dua
kata ini memang memiliki aktivitas yang berbeda, tetapi terdapat irisan antara
keduanya.
Irisan
pertama adalah bahwa mereka sama-sama punya follower.
Pendidik
memiliki murid, pemimpin punya anggota tim.
Jadi,
baik pemimpin dan pendidik punya pengikut yang diurus dan harus diberdayakan
serta dikembangkan.
Kedua,
baik pemimpin dan pendidik berperan sebagai gerbang pengetahuan.
Mereka
sama-sama menyalurkan pengetahuannya atau transfer
knowledgeke anggotanya, meski caranya pasti berbeda antara pendidik
dan pimpinan.
Ketiga,
pendidik dan pemimpin memiliki tujuan yang sama, yakni memberdayakan anggotanya
dalam proses regenerasi yang efektif.
Pendidik
ingin agar muridnya bisa melebihi dirinya, sedangkan pemimpin menginginkan
anggotanya untuk terus berkembang, menjadi versi yang lebih baik dari
sebelumnya.
Mengembangkan
pengikutnya menjadi tujuan penting bagi pendidik maupun pemimpin.
Terakhir,
pemimpin dan pendidik memiliki panduan yang membantu mengarahkan mereka
mencapai tujuannya.
Pendidik
mengajar dengan pedoman kurikulum dan tujuan pembelajaran, sedangkan pemimpin
memiliki petunjuk pekerjaan berupa SOP, KPI, SQO dan sebagainya yang harus
dipenuhi target pencapaiannya.
Mereka
pun punya koridor etika profesional yang harus dipatuhi.
Dari
irisan tersebut, konsep leaducation
pada intinya adalah bagaimana pemimpin mendidik, memberdayakan, dan membuat
anggotanya bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, kompeten, dan
unggul.
Pemimpin
mendorong anggotanya untuk berdaya, berkarya, dan bermakna serta mendukung
kreativitas serta karya anggotanya.
Pemimpin
harus senantiasa memiliki banyak cara untuk mendistribusikan pengetahuan, baik
itu sifatnya praktis maupun filosofis.
Leaducator adalah seorang pemimpinyang
tidak pelit ilmu dan bersifat inklusif, partisipatif, serta kolaboratif.
Mereka
adalah katalis dalam perkembangan anggota di dalam organisasi.
Konsep
ini relevan untuk dipahami dalam konteks saat ini terutama melihat adanya fokus
dari perusahaan, organisasi, dan pemerintahan untuk mengembangkan talenta
sumber daya manusianya.
Siapa
lagi sosok yang mampu mengembangkan sumber daya manusianya selain dari pemimpin
itu sendiri baik dari segi kebijakan pengembangan SDM maupun dari contoh
perilaku dan sikapnya.
Leaducator,Gaya Pemimpin Masa Kini
Leaducator bisa sosok pemimpin dari mana
saja, tidak terpaku pada jabatan pimpinan.
Jabatan
tinggi seperti director atau CEO pun belum tentu mencerminkan sikap sebagai
seorang pemimpin yang mendidik bawahannya.
Sebaliknya,
jabatan seperti manajer atau pemimpin operasional lapangan justru dapat menjadi
sosok leaducator bagi timnya.
Setidaknya,
terdapat lima ciri bahwa pemimpin menjalankan peran sebagai leaducator.
Pertama,
ia memberikan kesempatan kepada pengikut atau anggota tim untuk mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan secara berkala.
Ini
terkait dengan purpose karyawan
ketika dia melakukan pekerjaan.
Survei
McKinsey 2021 mengatakan bahwa 70 persen karyawan mendefinisikan life purpose mereka melalui tempat
kerja.
Selain
itu, dalam riset PwC 2021, 60 persen khawatir jika automasi akan menggantikan
pekerjaannya dan 39 persen mengungkapkan bahwa pekerjaan mereka akan menjadi
tidak berguna.
Itu
artinya, peran leaducator di sini akan
terlihat ketika mereka menjawab kegelisahan anggotanya dengan memberikan
kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Menghidupkan
wacana dengan keteladanan dalam berkarya adalah ciri kedua dari seorang leaducator.
Sederhananya,
leaducator merupakan seseorang yang walk the talk.
Kerja
dulu, tunjukan hasil lalu perkuat dengan retorika.
Bukan
sebaliknya, retorika tapi minim performa dan hasil kerja.
Salah
satu cara ampuh mendidik tim yang begitu beragam dan multi kompetensi saat ini
adalah dengan cara memberi contoh, membuka akses, memberi ruang tumbuh dan
menunjukkan keteladanan.
Ketika
mereka menginginkan anggotanya untuk mengikutinya, hal pertama yang harus
dilakukan adalah memulai dan memberi contoh dari dirinya sendiri.
Pemimpin
seperti ini pun sudah terlihat dalam diri Wahyudi Anggoro Hadi, yang menjadi
seorang Lurah Desa Panggungharjo periode 2012-2018.
Dia
rela datang lebih awal dan ikut membersihkan toilet agar bisa membuat perangkat
desa lebih disiplin dan bekerja lebih cepat.
Ketika
pemimpin memberikan contoh yang baik, semangatnya lambat laun akan menular ke
seluruh anggotanya, dari yang teratas hingga terbawah.
Ciri
ketiga, leaducator mengarahkan
karyawannya untuk mengerjakan tantangan yang berbeda.
Tujuan
sebenarnya adalah membentuk karyawan menjadi lebih adaptif terhadap berbagai
situasi.
Terlebih,
salah satu kemampuan yang paling dibutuhkan dalam abad-21 adalah kemampuan
beradaptasi.
Dan
juga, aspek ini penting untuk menjaga anggotanya tetap relevan dengan situasi
zaman yang semakin tak menentu seperti saat ini.
Keempat,
aspek komunikasi.
Leaducator bersedia memonitor, mengevalusasi,
dan memberikan umpan balik kepada tim secara berkala.
Hal ini
memang diinginkan oleh karyawan itu sendiri.
Selain
itu, berdasarkan riset dari Jack Zenger dan Joseph Folkman pada 2013 lalu dan
masih relevan hingga sekarang, pemimpin yang sering menanyakan feedback kepada anggotanya menunjukkan
kepemimpinan yang efektif sebesar 86 persen.
Banyak feedback berarti adanya interaksi yang
intens antara karyawan dan pemimpin.
Hal itu
tentu memengaruhi hubungan antar-kedua belah pihak dan membuat karyawan dan
pemimpin merasa lebih dekat dan tidak ada jarak yang dibuat.
Implikasinya,
karyawan semakin produktif dalam bekerja.
Terakhir
dan yang paling penting adalah leaducator
memiliki visi dan misi yang jelas dan jauh ke depan.
Tanpa
visi dan misi yang jelas, pemimpin tidak akan tahu bagaimana arah tujuan
organisasinya.
Hal ini
berimbas pada pemberdayaan anggotanya.
Pemimpin
tanpa visi tidak akan tahu apa yang harus dikembangkan dari anggotanya.
Survey
dari McKinsey terhadap 1.000 karyawan di Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa
82 persen menganggap misi organisasi penting.
Tetapi,
mereka menggarisbawahi bahwa hanya 42 persen visi dan misi perusahaan yang
memiliki dampak yang besar.
Dari
riset ini, kita bisa mengetahui bahwa leaducator
termasuk 42 persen karena mereka menggangap visi dan misi sangat penting untuk
organisasi.
Kelima
ciri tersebut tidak mutlak memang, tetapi jika dikaitkan dengan konteks
tantangan zaman, ciri itu menjadi relevan.
Pemimpin
saat ini dan ke depannya memang perlu untuk lebih inklusif, partisipatif, dan
kolaboratif agar situasi hubungan kerja kondusif.
Terlebih,
dengan perubahan demografi anggota dan perkembangan teknologi saat ini yang
membuat leaders tidak bisa
mengandalkan diri mereka sendiri dan merasa pintar.
Menciptakan Budaya Memberdayakan
dan Mendidik dengan Kemajuan
Leaducator punya cara untuk mendidik
anggotanya menjadi lebih maju.
Tentu,
setiap leaducator di organisasi,
perusahaan, dan lembaga pemerintah punya karakteristik yang berbeda dalam
memberdayakan serta mendidik kemajuan.
Akan
tetapi, satu cara yang bisa diterapkan oleh semua entitas ini adalah
memberdayakan dengan budaya dan pola pikir.
Maksudnya,
memberdayakan anggota tidak bisa dilakukan tanpa budaya dan pola pikir yang
tepat.
Dua hal
ini yang menjadi fondasi bagaimana leaducator
memberdayakan anggotanya.
Survei
dari PwC 2021 menunjukkan betapa pentingnya budaya.
Mereka
mengungkapkan bahwa budaya adalah sumber dari keuntungan komparatif, yakni
sebesar 81 persen.
Bahkan,
85 persen mengatakan bahwa budaya menjadi topik penting dalam agenda
kepemimpinan.
Dari
sini kita bisa menggarisbawahi betapa pentingnya budaya dalam menghadirkan
seorang leaducator di organisasinya.
Budaya
yang baik akan menghasilkan sebuah koneksi yang membuat semua orang nyaman
untuk bekerja dan berkarya.
Dan
memang, berdasarkan survei dari Community Health Group (CHG) Healthcare terhadap 800 pekerja di AS,
pemimpin memang punya peran menciptakan budaya.
Sebesar
33 persen mengatakan bahwa manajer bertanggung jawab pada budaya kerja, 28
persen menganggap tim eksekutif yang bertanggung jawab, 23 persen menganggap
CEO yang harusnya bisa membuat budaya kerja yang baik.
Akan
tetapi, terlepas dari apapun jenjang jabatannya, pemimpinlah yang bertanggung
jawab menciptakan budaya.
Menciptakan
budaya agar mampu mendidik anggotanya untuk berkembang menjadi lebih penting
dari sebelumnya.
Anggota
membutuhkan pemimpin yang mengayomi dan memberikan feedback kepada mereka yang ingin berkembang.
Berdasarkan
survey Gallup 2015 lalu, 54 persen karyawan mengatakan bahwa manajernya mudah
didekati dan ditanyai segala tipe pertanyaan.
Memberdayakan
anggota selalu diawali dari keterbukaan pemimpinnya.
Leaducator adalah orang yang terbuka dan
ingin membina hubungan komunikasi yang bermakna kepada anggotanya.
Leaducator ada ketika mereka bisa menciptakan
suasana kerja yang dinamis dan terbuka.
Ada
survei menarik juga dari IBM tahun 2021 tentang bagaimana leaducator mulai menciptakan budaya dalam organisasinya.
Berdasarkan
survei mereka, 56 persen CEO mengatakan bahwa mereka sedang meningkatkan
kelincahan dan fleksibilitas dalam operasional.
Bila
diterjemahkan, CEO sekarang berproses membuat sebuah budaya yang membuat iklim
kerja mereka fleksibel sehingga bisa adaptif terhadap berbagai keadaan.
Leaducator sadar betapa pentingnya
fleksibilitas dalam bekerja karena kemampuan itulah yang akan membantu
organisasi maju lebih pesat.
Menghadirkan Leaducator di Segala Sektor
Pemimpin
yang memberdayakan anggotanya membuat segala lini organisasi menjadi lebih
lincah dan adaptif.
Terlebih,
dengan teknologi sebagai katalis, leaducator
harus mendorong anggotanya agar tetap relevan tidak termakan zaman.
Leaducator harus dihadirkan di segala sektor
mengingat betapa penting peran mereka.
Tetapi,
tidak semua orang mampu menjadi seorang leaducator.
Leaducator tidak bicara hanya pada satu aspek
saja, melainkan banyak aspek.
Karena
manusia terdiri dari banyak aspek, mulai dari kecerdasan, kemanusiaan,
kepercayaan, dan lain sebagainya.
Sun Tzu, dalam
bukunya The Art of War,
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah masalah kecerdasan, kepercayaan,
kemanusiaan, keberanian, dan disiplin.
Berarti,
kita melihat ada lima aspek fundamental yang harus dimiliki seorang leaducator.
Jia
Lin, seorang cendekiawan pada masa Dinasti Tang, melengkapi pernyataan Sun Tzu.
Dia
mengatakan bahwa mengandalkan salah satu aspek saja hanya akan membawa masalah:
kecerdasan saja menghasilkan pemberontakan, mengandalkan kemanusiaan saja akan
terlihat lemah, terlalu percaya bisa menyebabkan kebodohan, ketergantungan akan
keberanian hanya akan menghasilkan kekerasan, dan disiplin yang berlebih akan
memunculkan kekejaman.
Artinya,
leaducator merupakan seorang sosok
pemimpin yang telah mampu menyeimbangkan lima aspek fundamental di atas.
Mereka
cerdas, humanis, disiplin, memberikan kepercayaan, dan berani mengambil
keputusan.
Oleh
karena itu, penting untuk mengembangkan kapasitas anggotanya agar di antara
banyak anggota, ada beberapa yang muncul sebagai sosok leaducator.
Leaducator memimpin dengan pola mendidik yang
tidak hanya dengan wacana dan kata-kata, namun langkah nyata dari pemimpin
untuk membuat semua hal dalam organisasi lebih baik, lebih cepat, lebih kuat,
lebih mudah, lebih manusiawi, lebih efektif dan lebih efisien. (Taufan Teguh Akbari, Pengamat Kepemimpinan
dan Kepemudaan)-dhn
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perkenalkan,
"Leaducation", Konsep Kepemimpinan Jitu Masa Kini". Klik untuk
baca:www.kompas.com/tren/read/2021/08/27/122338365/perkenalkan-leaducation-konsep-kepemimpinan-jitu-masa-kini.