WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kabar mengejutkan datang dari dunia korporasi Amerika. CEO perusahaan teknologi Astronomer, Andy Byron, terseret isu perselingkuhan dengan bawahannya sendiri.
Skandal ini mencuat ke publik setelah Andy tertangkap kamera sedang bermesraan dengan Kepala Divisi SDM perusahaannya, Kristin Cabot, saat menonton konser Coldplay di Boston.
Baca Juga:
Warga Murka, Selingkuhan Petantang-petenteng Setelah Istri Wadison Dibunuh
Rekaman video yang menampilkan keduanya dalam momen intim itu viral di media sosial sejak Sabtu (13/7/2025) dan masih menjadi bahan gunjingan hangat di internet hingga hari ini.
Publik pun bertanya-tanya: apakah profesi CEO memang rawan berselingkuh?
Sebuah survei internasional yang dilakukan oleh RANT Casino pada awal tahun ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Survei itu melibatkan 3.800 responden dewasa dari berbagai negara.
Baca Juga:
Pria di Soppeng Hamili Mertua hingga Melahirkan, Istri Minta Cerai
Hasilnya cukup mencengangkan—sekitar 1.644 orang atau hampir setengah dari partisipan mengaku pernah berselingkuh.
Namun menariknya, tidak ada profesi CEO atau eksekutif puncak dalam daftar 13 pekerjaan yang dianggap paling rawan berselingkuh.
Justru, pekerjaan di bidang penjualan atau sales menempati posisi teratas dengan 14,5% responden mengaku pernah selingkuh.
Posisi kedua ditempati oleh guru, pelatih, dan profesi lain dalam bidang pendidikan dengan 13,7%.
Disusul oleh tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, dan paramedis di urutan ketiga dengan 12,5%.
Bidang transportasi dan logistik juga tercatat cukup rentan dengan angka 9,8%. Sementara manajemen hotel dan event organizer menyusul dengan 7,7%.
Berikut ini daftar lengkap 13 profesi yang paling rawan selingkuh versi survei RANT Casino:
Sales (14,5 persen)
Guru, pelatih, dan profesi pendidikan lainnya (13,7 persen)
Profesi kesehatan (12,5 persen)
Transportasi dan logistik (9,8 persen)
Manajemen perhotelan dan event (7,7 persen)
Teknik dan manufaktur (6,6 persen)
Properti dan konstruksi (5,5 persen)
Akuntansi, perbankan, dan keuangan (5,4 persen)
Teknologi dan informasi (4,6 persen)
Tentara (4 persen)
HRD (2,2 persen)
Pekerja amal dan sukarela (1,9 persen)
Rekreasi, olahraga, dan pariwisata (1,9 persen)
Meski tidak masuk daftar, banyak pihak menilai bahwa posisi CEO tetap berisiko tinggi untuk terlibat dalam hubungan tak etis.
“Kekuasaan dan kontrol atas perusahaan bisa membuat seseorang merasa berada di atas norma. Di situlah godaan mudah datang,” ujar seorang psikolog organisasi yang enggan disebut namanya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]