WAHANANEWS.CO, Jakarta - Jensen Huang, konglomerat teknologi dunia, terus mencatat prestasi luar biasa.
Pendiri Nvidia ini kini menempati posisi ke-10 dalam daftar orang terkaya dunia, dengan total kekayaan yang diperkirakan mencapai US$120,2 miliar atau sekitar Rp2.000 triliun, menurut Forbes.
Baca Juga:
Indonesia Bungkam Arab Saudi, Prediksi Bojan Hodak Jadi Kenyataan
Kesuksesan Huang tidak terlepas dari keberhasilan Nvidia, perusahaan semikonduktor yang didirikannya pada 1993.
Nvidia kini menjadi pemain utama dalam pengembangan teknologi mutakhir, termasuk chip untuk kecerdasan buatan, metaverse, dan mobil otonom.
Namun, perjalanan Huang menuju kesuksesan ini bukanlah sesuatu yang instan. Kisah hidupnya, terutama tentang peran orang tua dan kesederhanaan, menginspirasi banyak orang.
Baca Juga:
Bos NVIDIA Ungkap AI Bisa Jadi Senjata RI Genjot Pertanian
Peran Sang Ibu
Lahir di Taiwan pada 1963, Huang pindah ke Amerika Serikat pada usia 9 tahun akibat situasi yang tidak kondusif di Asia Tenggara pada tahun 1970-an.
Saat itu, Huang masih minim kemampuan bahasa Inggris. Beruntung, sang ibu dengan sabar mengajarinya setiap hari, meski pengetahuannya sendiri terbatas.
"Ibu memberi kami 10 kata bahasa Inggris setiap hari untuk dipelajari. Itu cara dia mempersiapkan kami," ujar Huang pada CNBC International, dikutip Senin (20/1/2025).
Berkat dedikasi ibunya, Huang akhirnya mampu berkomunikasi lancar meski sempat menjadi korban perundungan karena latar belakang Asia dan keterbatasan bahasa.
Semangatnya terhadap teknologi berkembang, hingga ia berhasil menyelesaikan kuliah di Oregon State University jurusan teknik elektro dan memulai karier di Advanced Micro Devices.
Pada 1993, Huang mendirikan Nvidia, yang kini menjadi raksasa teknologi global.
Tetap Sederhana di Tengah Kesuksesan
Meski telah meraih kesuksesan luar biasa, Huang dikenal sebagai sosok sederhana. Pada Desember 2023, ia tertangkap kamera menikmati makanan kaki lima di Hanoi, Vietnam.
Mengenakan kaos dan jeans hitam, Huang memilih makanan lokal seperti bekicot dan kopi telur, meski sebelumnya rombongan telah memesan makan malam mewah di hotel.
"Huang mengabaikan pesta makan malam di hotel dan lebih memilih makanan kaki lima yang autentik," ujar Hoang Anh Tuan, diplomat yang mendampinginya.
Kebiasaannya ini menjadi contoh yang unik, mengingat banyak miliarder sekelasnya cenderung hidup glamor.
Huang sendiri mengungkapkan bahwa kesuksesannya adalah hasil dari mimpi dan kerja keras orang tuanya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]