WahanaNews.co | Pemerintah Cina tengah membangun fasilitas untuk memanen energi yang
terkandung dari matahari di distrik Bishan yang diprediksi selesai pada akhir
tahun 2021.
Pemimpin proyek
Zhong Yuanchang, profesor di Chongqing University"s School of Microelectronics
and Communication Engineering menyebutkan, infrastruktur yang disebut
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Luar Angkasa Bishan, atau Pangkalan Bishan
tersebut sempat tertunda.
Baca Juga:
Viral Kemunculan 2 Matahari di Sumatera Barat, BMKG Beri Penjelasan
Proyek ini
pernah dihentikan pada 2010 karena tekanan politik dan campur tangan dari sisi
keuangan. Namun pada Juni lalu, proyek ini diputuskan untuk dilanjutkan.
Nantinya, akan
ada stasiun di Bumi yang dirancang untuk mengumpulkan energi Matahari secara
nirkabel dari pembangkit listrik panel surya di orbit Bumi. Keuntungan memanen
tenaga surya yang dikumpulkan langsung dari luar angkasa adalah tidak
terpengaruh kondisi cuaca dan waktu malam.
Dikutip dari
China Science Daily, Pangkalan Bishan direncanakan menjadi fasilitas pembangkit
listrik skala besar pertama di China untuk pengujian, pengintegrasian
pengamatan, dan pengembangan cara baru untuk memanfaatkan sumber energi dari
cahaya Matahari.
Baca Juga:
Tahun 2024 Indonesia Bakal Alami Hari Tanpa Bayangan, Simak Jadwalnya
Namun untuk
saat ini, para peneliti sedang membangun pembangkit listrik uji skala kecil
untuk digunakan pada tahun 2030. Untuk melakukan itu, tim harus menguji
transmisi dari ketinggian rendah, sebelum pindah ke ketinggian yang menggunakan
transmisi daya tegangan ultra-tinggi, hingga akhirnya menggunakan transmisi
nirkabel dari orbit. China bermimpi di tahun 2050, mereka bisa membangun
pembangkit listrik tenaga surya ruang komersial berskala gigawatt.
Zhong
mengatakan, untuk saat ini tim peneliti menggunakan balon udara di ketinggian
sebagai platform terapung untuk melakukan uji transmisi daya gelombang mikro di
ketinggian 300 meter.
Konsep panel
surya yang memancarkan daya secara nirkabel kembali ke Bumi bukan hal baru.
Pada tahun 1941, Isaac Asimov menggambarkan teknologi tersebut dalam cerita
pendek fiksi ilmiahnya berjudul "Reason", dan pada awal 1970-an Peter
Glaser menerima paten untuk desain perangkat yang mengirimkan daya dari satelit
ke Bumi menggunakan gelombang mikro.
NASA telah
mengeksplorasi konsep tersebut beberapa kali, dan badan antariksa Jepang JAXA
mulai mengembangkan sistem tenaga surya luar angkasa pada tahun 1998.
Laboratorium
penelitian milik Angkatan Laut AS juga sedang melakukan tes untuk mengeksplorasi
teknologi ini, dan Caltech sedang mencoba menggunakan dana dari sumbangan
miliarder anonim untuk mengembangkan teknologi serupa.
Tak
ketinggalan, UK Space Energy Initiative telah menugaskan penelitian menyeluruh
tentang energi surya, dan perusahaan swasta Inggris bernama International
Electric berjanji akan memancarkan daya Matahari langsung ke perangkat statis
dan seluler menggunakan susunan bertahap. [rin]