"Misal suka marah-marah, emosian, nggak bisa nabung, nah nanti kita cari kira-kira anak yang bisa membantu itu yang mana. Nanti kita bekali tolong bantu orang tuamu supaya bisa nabung, nggak emosian, nggak marahan, gitu," imbuhnya.
Boneka arwah juga tren di negara lain seperti Thailand. Sejak 2016 lalu, banyak warga negara tersebut yang merawat boneka-boneka itu karena untuk mengalihkan kecemasan akibat ekonomi yang sedang gonjang-ganjing.
Baca Juga:
Dibuka Lowongan Kerja Untuk Babysitter Boneka Arwah Gaji Rp10 Juta di Luar Bonus Lohh
Memang, Thailand merupakan negara yang orang-orangnya masih percaya dengan takhayul, animisme, astrologi dan ilmu hitam. Dari boneka arwah tersebut, mereka mengundang roh yang baik hati dan diharapkan bisa membawa keberuntungan.
Kembali ke Tundjung, dia menjelaskan keberadaan spirit doll dalam mitologi Jawa erat kaitannya dengan perkembangan animisme dan dinamisme. Dalam berbagai khazanah dan pustaka sejarah, disebutkan bahwa sejak zaman Mesolitikum sudah muncul kepercayaan terhadap kekuatan roh.
Kemudian hadirnya paham Hindu-Budha semakin memperkuat kepercayaan terhadap roh yang sebelumnya sudah ada. Menurut Tundjung, kepercayaan terhadap roh yang sebelumnya ada mendorong manusia untuk hidup dan membangun harmonisasi dengan entitas roh tersebut.
Baca Juga:
Ria Enes Tanggapi Spirit Doll, Ada Dugaan Motif Bisnis
Nah dari hasil harmonisasi itulah yang melahirkan perilaku menghadirkan roh dalam visualisasi diri orang dan boneka atau benda bertuah. "Dalam tradisi seni pertunjukkan, menghadirkan roh dalam penampilannya banyak dijumpai di Jawa seperti Jathilan, Sintren, Jaran Kepang, dan sebagainya," tuturnya.
Dalam mitologi Jawa ada perilaku supranatural menggunakan media visual seperti boneka untuk berdialog dengan entitas arwah contohnya jalangkung. Sedangkan, di daerah lain disebut Nini Thowok atau Nini Thowong.
"Kalau Jalangkung itu dipersonifikasikan sebagai figur laki-laki, maka boneka arwah yang personifikasinya perempuan disebut dengan Nini Thowok," jelasnya. [qnt]