Panjat Pinang mempunyai sejarah sejak zaman Belanda dulu.
Berdasarkan sumber yang dihimpun, Selasa (17/8/2021), di Belanda panjat pinang
disebut De Klimmast atau panjang tiang.
Belanda melaksanakannya setiap 31 Agustus pada era itu
lantaran berbarengan dengan ulang tahun Ratu Belanda Ratu Wihelmina. Sedangkan
di Indonesia digelar pada 17 Agustus bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI.
Baca Juga:
Ketua DPRD Kabupaten OKI, Andriyanto: HUT RI Makna Berkorban demi Bangsa
Sejatinya panjat pinang ini diperuntukkan bagi kaum pribumi
saja. Mereka berlomba memanjat dan menangkap hadiah yang berada di atas seperti
makanan dan pakaian serta benda-benda yang dianggap mewah untuk kalangan
pribumi.
Sementara, kaum elite Belanda menontonnya sambil tertawa.
Sebagai hiburan untuk masyarakat, Belanda memberikan banyak hadiah. Namun,
hadiah tersebut tidak bisa didapatkan dengan cuma-cuma. Masyarakat harus
berlomba menaiki batang pohon pinang yang telah dilumuri minyak hingga licin.
Masyarakat yang ingin mendapatkan hadiah harus rela bersusah payah memanjat
pohon pinang yang tinggi dan licin.
Hal inilah yang menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Masyarakat
yang kontra beranggapan ini melukai nilai-nilai kehidupan masyarakat. Yang satu
berjuang meraih hadiah di atas pohon pinang, yang satu tertawa melihatnya.
Baca Juga:
Peran Kejaksaan dalam Perjuangan Kemerdekaan: Jejak Tokoh-Tokoh Terkemuka
Di sisi lain yang pro yakni lomba panjat pinang juga mampu
memperkuat rasa saling gotong-royong antarmasyarakat. Saling membantu dan
pantang menyerah. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.