WahanaNews.co | Di antara ratusan mercon yang
disita polisi selama pengamanan malam takbir dan shalat Idul Fitri 1442 H di
Blitar, Jawa Timur, terdapat satu mercon berukuran besar yang dibubuhi tulisan
menggelikan.
Mercon
berukuran panjang 13 centimeter dan diameter sekitar 37,5 centimeter itu
ditempeli tulisan dalam Bahasa Jawa.
Baca Juga:
Lubang Misterius Muncul di Sungai Blitar, Sedot Air Hingga Sungai Mengering
Berikut
bunyinya: "Dear mantan.
Mugo-mugo luputmu lan luputku dilebur koyo mbledose mercon iki!!"
(Dear mantan. Semoga kesalahanku dan kesalahanmu dilebur seperti meletusnya
mercon ini!!).
"Geli
juga kita bacanya. Rekan-rekan juga tertawa geli ketika melihat ada tulisan
seperti itu," ujar Budi, Kepala Sitipol di Polres Blitar, yang memimpin penggerebekan
terhadap sekelompok pemuda pemilik ratusan mercon di Kelurahan Bajang,
Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Rabu (12/5/2021) dini hari.
Mercon
dengan kalimat bernada curhat itu adalah milik sekelompok pemuda,
terdiri dari 10 orang, yang juga turut digelandang ke Kantor Polres Blitar bersama
ratusan mercon tersebut.
Baca Juga:
Bawaslu Kabupaten Blitar Gelar Tes Tulis untuk Calon Panwas Kecamatan
Mereka
adalah AW (29), WT (25), RR (26), DU (19), FK (22), MR (21), PT (19), BR (20),
AS (25), dan SH (38).
Budi
mengaku sempat iseng-iseng menanyakan kepada para pemilik mercon apakah kalimat
tersebut sekedar candaan atau serius.
"Katanya
mereka, bercanda iya, serius juga iya. Katanya, 'siapa sih yang gak punya mantan (kekasih)"," ujar Budi, saat
dikonfirmasi wartawan, Kamis (13/5/2021) sore.
Bagian
seriusnya lagi, ujar Budi, adalah kata-kata berisi peleburan kesalahan yang itu
juga identik dengan momen lebaran, di mana biasanya masyarakat saling bertemu dan saling meminta
maaf, melebur kesalahan.
Budi
mengatakan, sepuluh pemilik ratusan mercon itu patungan uang untuk membeli
bubuk peledak mercon, sumbu dan kertas.
Mereka
lantas mengerjakan pembuatan mercon itu bersama-sama di rumah salah satu di
antara mereka.
Para
pemuda yang sebagian besar sudah berumah tangga itu, ujar Budi, berencana
menyalakan ratusan mercon itu persis setelah shalat Idul Fitri.
Ratusan
mercon itu dirangkai sedemikian rupa, sehingga sekali sumbu disulut api akan terjadi letusan
beruntun.
"Mercon
dengan tempelan tulisan jenaka itu sedianya menjadi 'gong' atau meletus paling
keras dan paling akhir," terang Budi.
Polisi
tidak memproses kasus hukum terhadap mereka, ujar Budi, kecuali hanya diminta
menandatangani pernyataan tidak mengulangi tindakan serupa dengan diketahui
orangtua atau anggota keluarga mereka masing-masing serta aparat desa setempat.
Kapolres
Blitar, AKBP Leonard M Sinambela, mengatakan, penindakan tegas terkait
kepemilikan mercon dan bubuk peledak mercon terutama diprioritaskan kepada
peracik bubuk mercon dan penjualnya.
Polisi Sita Sound System Takbir Keliling
Ratusan
personel TNI, Polri, Satpol PP dan relawan bekerja keras melakukan pengamanan
malam takbir dan shalat Idul Fitri di wilayah Kabupaten Blitar sejak Rabu
hingga Kamis.
Selain
menyita sekitar 800 petasan dari berbagai ukuran di beberapa lokasi berbeda,
petugas juga menghalau puluhan kelompok massa yang melakukan takbir keliling.
"Meski
takbir keliling ini jelas dilarang, antara lain berdasarkan surat edaran Bupati
Blitar, tapi petugas tetap mengedepankan cara-cara penegakan aturan dengan
pendekatan humanis, persuasif," ujarnya.
Namun,
terdapat beberapa pelaku takbir keliling yang menolak diminta pulang sehingga
petugas keamanan melakukan penyitaan peralatan dan membawa para pelaku ke
kantor polisi terdekat.
"Kepada
mereka kami kenakan pasal-pasal tindak pidana ringan," ujarnya,
sembari menyebut setidaknya ada tiga kelompok takbir keliling yang ditindak
tegas.
Ribuan Mercon Tetap Menyala
Meski
berbahaya dan dilarang, masih lebih banyak masyarakat di wilayah Kabupaten
Blitar dan sekitarnya yang luput dari penindakan petugas keamanan.
Entah
sejak kapan tradisi menyalakan petasan atau mercon selama lebaran, meskipun
berbahaya dan menghamburkan uang, masih banyak masyarakat di Kabupaten Blitar
yang tetap dapat menyalakan mercon.
Berdasarkan
pantauan wartawan, di wilayah Kecamatan Kanigoro, misalnya, suara petasan
hampir tidak henti-hentinya berbunyi sejak subuh hingga setelah pelaksanaan shalat
Id, Kamis (13/5/2021).
Sobekan
kertas berserakan di banyak lokasi di mana mercon-mercon itu dinyalakan.
"Hiburan
setahun sekali, Mas," ujar Basuki, warga Desa
Papungan, Kecamatan Kanigoro, saat ditanya alasannya menghabiskan uang jutaan rupiah untuk
mercon. [qnt]