Oleh SINTA PARAMITA
Baca Juga:
Aturan Baru Meta: Serang 'Zionis' di FB dan IG Bisa Berujung Penghapusan Konten
ALL ENGLAND merupakan ajang pertandingan bulutangkis
paling bergengsi di dunia.
Para
atlet bulutangkis dari berbagai negara berkompetisi untuk meraih kemenangan di
ajang ini.
Baca Juga:
Susah Komunikasi, Mahasiswa Ini 'Bombardir' Dosen Pembimbing dengan Ribuan Chat
Tak
jarang, atlet yang meraih kemenangan dalam kompetisi tersebut menjadi atlet
paling tangguh dan disegani oleh atlet lain.
Tim
Merah-Putih Indonesia merupakan salah satu tim yang disegani.
Indonesia
tercatat meraih 48 gelar dalam All England dan menempatkan Indonesia di posisi
keempat dalam daftar negara peraih gelar terbanyak di turnamen ini.
Tentu
saja All England juga menjadi buruan atlet badminton Indonesia yang haus akan
prestasi.
Larangan
Badminton World Federation (BWF)
terhadap tim Garuda untuk bertanding di All England 2021 berawal dari dugaan
adanya penumpang pesawat yang ditumpangi oleh Tim Merah-Putih beserta dengan tim dari
negara lain terindikasi positif Covid-19.
Simpang
siur informasi dan perlakuan yang kurang baik yang dialami pemain Merah-Putih,
memicu komentar-komentar kekecewaan dari para atlet yang diunggah di media
sosial.
Komentar
tersebut langsung disambar oleh smes netizen Merah-Putih yang mulai marah mengetahui
kejadian tersebut.
Salah
satu kekuatan dari smes tersebut berujung pada penutupan akun @allenglandofficial oleh Instagram.
Penutupan
akun ini bisa terjadi jika sebuah akun dilaporkan sebagai spam atau tidak pantas (inappropriate).
Dari
Inggris, kita kembali ke Tanah Air.
Belum
lama ini, jagat maya kembali bergolak oleh pertarungan Dadang
"Dewa Kipas" Subur dengan Woman Grand Master (WGM) Irene Kharisma
Sukandar.
Pertandingan
tersebut disiarkan secara langsung oleh YouTube Deddy Corbuzier pada 22 Maret 2021
dan setidaknya sudah ditonton 7,7 juta kali.
Pada
dasarnya pertandingan merupakan hal biasa dalam olahraga, namun kali ini
berbeda.
Sebelum
kita membahas keunikan duel tersebut, kita tengok ke belakang mengapa ini
menjadi ramai.
Keramaian
ini berawal dari pertandingan antara Dewa Kipas dan Levy GothamChess, seorang
internasional master asal Amerika Serikat, pada platform Chess.com.
Pertandingan
kali ini berujung pada kekalahan GothamChess dan hal ini disinyalir bukan
kekalahan murni.
Dewa
Kipas diduga melakukan kecurangan.
GothamChess
melaporkan kecurangan Dewa Kipas melalui Chess.com
yang berujung kepada pemblokiran akun milik Dadang.
Kekecewaan
Dewa Kipas mendapat respons dari netizen Indonesia.
Dari
sinilah sekak untuk GothamChess diluncurkan netizen Indonesia dari berbagai
media sosial, khususnya Twitter.
Menurut
Irene dalam podcast Deddy, Dewa Kipas
terindikasi melakukan kecurangan saat bermain catur online.
Sebagai
bentuk pembuktian, Deddy menggelar tarung Dewa Kipas dan Irene yang disiarkan live streaming melalui akun YouTube Deddy Corbuzier.
Hasil
dari pertandingan ini dimenangkan oleh Irene dengan skor 3-0.
Berkaca
dari kasus All England dan Dewa Kipas, yang menarik di sini adalah pola
perilaku netizen Indonesia dalam memanfaatkan media sosial.
Menurut
laporan Microsoft Digital Civility Index
(DCI) yang dilansir Kompas.com,
warganet Indonesia masuk dalam klasifikasi paling tidak sopan se-Asia.
Ada
tiga alasan mengapa warga jagat maya di Tanah Air mendapat label tersebut.
Pertama, soal
ketidakpastian.
Netizen
seringkali tidak mendapatkan informasi yang benar, sehingga apa yang mereka
dapatkan melalui media sosial dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Yang
kedua, terkait kesulitan ekonomi.
Masa
pandemi Covid-19 menambah masalah ekonomi yang dihadapi pengguna internet di
Indonesia.
Yang
ketiga, soal respons atas rasa frustrasi melalui kebencian di media
sosial. Hal ini
merupakan pelampiasan atas apa yang dialami pada masa pandemi.
Dalam
gerakan opini digital atau digital
movement of opinion (DMO), upaya yang dilakukan penduduk virtual Indonesia
bersifat spontan dalam menanggapi hal yang sedang terjadi.
Dalam
kasus All England 2021, penutupan akun @allenglandofficial
dan komentar negatif merupakan efek dari gerakan opini digital.
Begitu
pula kasus Dewa Kipas yang berujung perundungan kepada GothamChess.
Belakangan,
kekalahan dari Irene juga memantik komentar miring kepada Dewa Kipas.
Berikut
ini adalah tarikan data hashtag #allenglandopen2021unfair
(gambar atas) dan #Dewakipas (gambar
bawah) di Twitter melalui aplikasi Netlytic.com olahan data Social Network Analysis (SNA) dengan menarik 10.000 data.
Artikel
ini tidak akan memaparkan secara detail hasil SNA, tetapi akan memberikan
gambaran kesibukan netizen Indonesia dalam mengomentari kedua kejadian tersebut
di Twitter dalam SNA.
Jika
diperhatikan lebih dalam, akan terlihat akun-akun yang paling aktif mengunggah
dan retweet, lebih dalam lagi kita
akan mengetahui masing-masing komentar dari netizen tersebut.
Kekuatan
digital movement of opinion netizen
Indonesia ini tidak sepenuhnya mengarah pada hal negatif.
Ada
juga yang mengarah pada hal-hal positif.
Kerumitan
gambaran SNA di atas sebetulnya merupakan sebuah kekuatan perhatian warganet
terhadap isu-isu nasionalitas yang ingin ditunjukkan dalam ruang virtual.
Seperti
dukungan terhadap tim Merah-Putih dengan tagar #pitahitammelawan
di media sosial khususnya Instagram
dan masih banyak lagi.
Kekuatan
digital movement of opinion dapat
menjadi keunggulan Indonesia dalam menciptakan reputasi bangsa Indonesia yang
baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan hukum di mata
internasional.
Fenomena
ini menarik untuk dikaji lebih dalam dari bidang ilmu komunikasi dan berbagai
ilmu lain.
Menguak
apa yang sebenarnya terjadi dengan warga alam maya, apa yang menyebabkan ini
terjadi dan bagaimana ini terjadi, serta seperti apa upaya penanggulangannya,
menjadi perhatian khusus bagi banyak penelitian saat ini.
Riset
yang dihasilkan dari fenomena komunikasi saat ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi pemangku kepentingan dan bagi masyarakat Indonesia untuk
menciptakan dunia virtual yang humanis, berintegritas, sehat dan bermartabat. (Sinta Paramita, Dosen Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara)-qnt
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Smes
dan Sekak ala Netizen Indonesia", lihat untuk baca: www.kompas.com/tren/read/2021/03/23/192811865/smes-dan-sekak-ala-netizen-indonesia