Para anak Suku Dalam pun sudah dapat lebih teliti Ketika akan melakukan proses jual-beli, membaca akta perjanjian, dan dapat menghitung sehingga tidak lagi menjadi korban penipuan.
Sokola Rimba (sekolah rimba) yang dibangun Butet bukanlah sebuah sekolah formal sebagaimana lazimnya yang ada di masyarakat modern, yakni berbentuk sepetak bangunan tembok dan beratap genting. Sokola itu hanya berbentuk dangau kecil tak berdinding yang bersifat nomaden. Jadi, jika tak dibutuhkan lagi bisa segera ditinggalkan.
Baca Juga:
Bareskrim Tangkap Kakak Helen Bandar Besar Lapak Narkoba Jambi
Dalam pola pengajaran, Butet menerapkan cara belajar yang berbeda, mengenalkan huruf per huruf berdasarkan bentuk dan cara mengeja. Misalnya, A seperti atap, C seperti pegangan periuk, ucapkan M dengan mulut dikatupkan. Huruf pun dirangkai dalam 14 kelompok berpasangan. Berkat metode mengajarnya ini, tahun 2001 Butet, dianugerahi “The Man and Biosphere Award” dari LIPI-UNESCO.
Begitu pun saat murid-muridnya mulai menulis. Lulusan antropologi Universitas Padjadjaran ini membagikan buku tulis bergaris, pensil, dan pena.
Bagi murid yang tidak kebagian alat-alat sekolah, mereka mengambil ranting dan menggaris di atas tanah. Tak jarang, saat tiba waktunya menggambah salah satu murid menangkap seekor kijang kecil. Binatang itu ditidurkan di atas kertas, dan mulailah sang murid menggambar ruas-ruas tubuh kijang tersebut.
Baca Juga:
Polisi Ciduk Pembunuh Wanita dalam Lemari
Untuk mengatasi kebutuhan jumlah pengajar, Butet membuat sistem melatih anak-anak yang sudah mahir untuk meniadi guru. Butet mengistilahkan tim kecilnya ini sebagai kader guru.
Dengan 14 orang kader guru angkatan pertama Sokola Rimba inilah, Butet terus merangsek ke jantung rimba. Dalam buku Sokola Rimba, Butet banyak membahas tentang suka dukanya dalam memberikan pendidikan pada orang rimba.
Selama 8 tahun, Butet menggerakkan Sokola-Kelompok Pendidikan Alternatif. Kini, Sokola alternatifnya sudah menyebar di 10 daerah, di antaranya Jambi, Aceh, Makassar, Bulukumba (Sulawesi), Flores, Pulau Besar dan Gunung Egon, Halmahera, Klaten, Bantul, serta Kampung Dukuh (Garut). Sayang Kampung Dukuh sudah berhenti, jadi tersisa hanya sembilan. Sungguh, ia adalah perempuan hebat.