WahanaNews.co, Jakarta - Pandemi tak hanya berdampak dalam hal aktivitas atau ekonomi tapi juga hubungan. Banyak orang kesepian karena jarang bertemu atau berinteraksi dengan sesama.
Tapi tak sedikit pula yang jadi sering bertengkar dengan pasangan atau anggota keluarga karena terlalu sering berhadapan. Untuk menghindari konflik, pembagian ruang pribadi pun perlu didiskusikan.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Psikolog Indah Sundari, M.Psi. baru-baru ini berbicara soal kasus-kasus kesehatan jiwa yang rawan terjadi saat pandemi. Selain karena tekanan yang diakibatkan pekerjaan, masalah relasi dengan orang-orang terdekat juga sering kali menambah beban mental. Disebut memang wajar terjadi tapi problema itu perlu dicari solusinya agar tidak berdampak lebih besar.
"Wajar jika permasalahan yang muncul berkaitan dengan relasi, banyak orang kesepian tapi yang hidup sama pasangan juga bisa mengalami permasalahan karena tidak ada space di antara mereka jadi konflik lebih rentan terjadi," ungkapnya dalam acara Virtual Media Gathering Hari Pers Nasional melansir detikcom, Selasa, (8/2/2022).
Indah lanjut menjelaskan jika kasus kekerasan verbal dan nonverbal meningkat selama pandemi Corona. Begitu juga dengan tingkat perceraian. Untuk itu, pasangan disarankan tetap memiliki ruang pribadi di rumah. Selain mengatur ruang kerja masing-masing, disarankan untuk membatasi diri tapi tetap terkoneksi di saat bersamaan.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
Agar tidak menyakiti hati pasangan, pengaturan ruang pribadi bisa didiskusikan dengan baik-baik. Caranya adalah mengutarakan kebutuhan dan solusi dengan 'I statement'.
"Kita harus bicarakan apa kemauan dan kebutuhan kita secara asertif, belajar untuk mengungkapkan apa isi hati melalui 'i statement' saya kondisinya seperti apa butuhnya apa. Misalnya aku butuh ruang pribadi jadi dari jam segini sampai jam segini aku bekerja nanti di jam istirahat kita bisa makan siang bersama dan mengobrol tapi setelah itu aku balik kerja lagi'"
Selain itu, Indah menyarankan untuk menghindari 'you statement' yang menyudutkan pasangan misalnya, 'Kamu mengganggu jadi aku susah bekerja'. "Sulit kalau mulainya dari 'you statement' karena biasanya sudah ada indikasi penekanan, menyalahkan, mojokin itu bikin nggak efektif," kata Indah.