WAHANANEWS.CO, Jakarta - Puluhan makam di Dusun Glendang Petung, Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, hancur akibat diterjang banjir lahar Gunung Semeru yang meluap dan menyapu seluruh area pemakaman hingga jenazah-jenazah lama berhamburan keluar dari makam.
Peristiwa memilukan ini terjadi pada Rabu (5/11/2025) ketika lahar Semeru menerjang daerah aliran sungai (DAS) Regoyo di Desa Gondoruso dan menyebabkan tanggul penahan sungai sepanjang 150 meter jebol.
Baca Juga:
Ada Ladang Ganja di Wilayah Gunung Bromo, Berikut Penjelasan Kepala Balai Besar TNBTS
Lahar yang meluap deras kemudian menutup akses penghubung dua kecamatan dan sempat mengisolasi warga di tiga dusun, yakni Dusun Liwek, Glendang Petung, dan Dusun Kali Welang.
Dampak luapan lahar semakin parah ketika puluhan makam di Dusun Glendang Petung tersapu arus deras hingga menyisakan tulang-belulang dan kain kafan yang berserakan di sekitar area pemakaman.
Perangkat Desa Gondoruso, Defi Efendi, mengatakan sedikitnya 20 makam beserta jenazahnya hilang terbawa arus material lahar, sementara sejumlah makam lainnya mengalami kerusakan berat dan harus segera dipindahkan.
Baca Juga:
TNBTS Pastikan Ladang Ganja Ditemukan di Luar Jalur Wisata Bromo dan Semeru
“Untuk pemakaman yang terdampak 18-20 makam, ini semuanya hilang beserta jenazahnya dibawa arus banjir. Sebagian lagi ada juga yang bisa dipindahkan ke tempat lain,” terang Defi pada wartawan, Jumat (7/11/2025).
Menurutnya, warga kini bergotong royong membangun penahan darurat menggunakan bambu guna mengantisipasi banjir susulan yang bisa memperluas kerusakan area pemakaman.
“Untuk antisipasi lagi kita bersama warga akan membuat dek atau penahan darurat menggunakan bambu,” tambahnya.
Selain itu, Defi menjelaskan bahwa beberapa jenazah lama yang berhamburan akan dikumpulkan kembali untuk dimakamkan ulang, namun hal tersebut masih menunggu persetujuan dari keluarga atau ahli waris masing-masing jenazah.
“Memang banyak ditemukan tulang-belulang dan kain kafan yang berhamburan di sekitar makam. Ini nanti akan dimakamkan lagi, dipanggil yang punya makam atau keluarga ahli waris,” ungkapnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]