WAHANANEWS.CO, Jakarta - Tangis dan kepanikan masih menyelimuti Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, setelah bangunan empat lantainya ambruk dan menimbun puluhan orang di bawah reruntuhan, Senin (29/9/2025) sore.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga Selasa siang (30/9/2025), tim SAR gabungan masih berupaya mencari 38 orang yang diduga tertimbun bangunan pesantren tersebut.
Baca Juga:
Kemendag Lepas Ekspor Perdana Kerupuk Udang ke Malaysia Senilai Rp115 Juta
"(Masih dicari) 38 orang," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Selasa.
Menurut Abdul, dari insiden ini total korban yang telah dievakuasi sebanyak 102 orang, dengan rincian 91 orang berhasil menyelamatkan diri secara mandiri, sedangkan 11 lainnya dievakuasi oleh tim SAR gabungan.
“Satu dari 11 orang yang dibantu evakuasi ditemukan dalam kondisi meninggal dunia,” ungkap Abdul.
Baca Juga:
Peringati 19 Tahun Semburan Panas, Pengusaha Korban Lumpur Lapindo Minta Kejelasan Ganti Rugi
Sementara itu, sebanyak 77 korban luka-luka telah dilarikan ke sejumlah rumah sakit terdekat, yaitu 34 orang ke RSUD Sidoarjo, 38 orang ke RS Siti Hajar, dan empat orang ke RS Delta Surya.
"Korban meninggal dunia juga telah berhasil diidentifikasi," ujarnya.
BNPB menegaskan peristiwa ini dikategorikan sebagai bencana kegagalan teknologi yang menjadi pelajaran penting untuk diantisipasi ke depan.
Abdul menekankan pentingnya penerapan standar keselamatan konstruksi yang ketat agar musibah serupa tidak kembali terjadi.
“Bangunan bertingkat, apalagi yang digunakan untuk kegiatan pendidikan dan dihuni banyak orang, harus diawasi ketat proses pembangunannya,” katanya.
Peristiwa runtuhnya bangunan pesantren ini terjadi Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB, bertepatan saat para santri tengah melaksanakan shalat Ashar berjamaah.
Dugaan sementara, pondasi bangunan tidak mampu menahan beban pengecoran lantai empat yang dikerjakan sejak pagi, hingga akhirnya runtuh dan menghantam lantai dasar.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]