WahanaNews.co | Pemerintah Desa Sukasirna Kecamatan Leles, Kabupaten Cianjur mengakui adanya keterbatasan potensi sumber daya alam (SDA) sektor pertanian di wilayahnya. Terutama, di lahan sawah yang menjadi lahan garapan mayoritas masyarakat di pelosok Cianjur selatan ini.
Oleh karena itu, aparatur pemerintahan desa (Pemdes) Sukasirna menginisiasi untuk membangun sebanyak tiga lumbung padi (Leuit-Red). Bangunan itu ditempatkan di halaman kantor desa atau tetap di sebelah kanan pintu gerbang. Konsep bangunannya cukup sederhana, karena hanya terbuat dari bilik dan kayu beratapkan spandeks.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
Agar tidak terendam air saat turun hujan, masing-masing bangunan itu ditopang empat penyangga atau kaki-kaki yang dicor. Sehingga, bangunannya mirip rumah panggung.
Saat memasuki kantor Desa Sukasirna, seperti berada di kawasan kampung adat yang biasanya masih mempertahankan tradisi untuk menyimpan hasil bumi di leuit (lumbung).
Kepala Desa (Kades) Sukasirna, Habib Latif, mengatakan pertanian tanaman padi sawah masih menjadi andalan hasil bumi masyarakat di desanya. Inisiasi membuat lumbung padi merupakan bentuk implementasi memperkuat ketahanan pangan.
Baca Juga:
Kampanyekan Salah Satu Paslon, ASN di Cianjur Ditetapkan Polisi Jadi Tersangka Pidana Pemilu
“Memang bisa disebut lumbung padi ini cadangan pangan. Kalau ada masyarakat yang membutuhkan, silakan bisa ambil sesuai kebutuhan,” kata Habib kepada wartawan, Rabu (5/4/2023)
Satu bangunan lumbung padi berkapasitas sekitar 10 ton gabah. Jadi, ketika musim panen, dari ketiga lumbung padi itu bisa menampung sekitar 30 ton gabah.
“Kami (pemerintah desa) kan punya lahan sawah yang merupakan aset desa. Nah, setiap kali panen, hasilnya kami simpan di lumbung ini. Tujuannya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan,” terangnya.
Namanya juga bantuan, kata Habib, berarti tidak ada biaya apapun. Artinya, masyarakat bisa mengambil padi atau gabah sesuai kebutuhan tanpa harus membeli.
“Ya pastinya gratis. Tidak perlu membeli. Memang awalnya inisiatif membuat lumbung padi ini untuk menyiapkan cadangan pangan pada situasi darurat. Misalnya ada warga yang terkena bencana, bantuan pangannya kami salurkan dengan mengandalkan lumbung padi. Atau misalnya juga saat kemarau, biasanya kan masyarakat kesulitan mendapatkan beras karena pasokan berkurang, di lumbung ini tersedia. Pada akhirnya lumbung ini untuk membantu hal-hal bersifat sosial,” bebernya.
Habib menjamin jika gabah atau padi di dalam lumbung tidak akan mengalami perubahan aroma atau kualitas meskipun tersimpan cukup lama. Pasalnya, di dalam lumbung sudah didesain sedemikian rupa untuk mengantisipasi bau apek atau hal lainnya.
Saat ini, lanjut Habib, pihaknya tengah memikirkan desa bisa memiliki aset berupa tempat penggilingan padi. Lokasinya sudah ada, namun peralatannya yang belum dipunyai. [sdy]