WahanaNews.co | Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) VI Makassar telah menerima benda menyerupai rudal yang ditemukan warga di Kecamatan Pasimasunggu, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Alat itu diyakini bukan rudal, melainkan side scan sonar atau sonar bawah laut.
Baca Juga:
Potensi Pendapatan Negara dari Ekspor Pasir Laut Capai Rp2,5 Triliun: Analisis Awal dan Tantangan Regulasi
Komandan Lantamal VI Makassar Laksamana Pertama TNI Benny Sukandari mengatakan, pihaknya telah menerima dua alat sonar bawah laut dari KRI Fatahillah yang beroperasi di Alur Laut Kepulauan Indonesia (Alki) 2. KRI Fatahillah menerima dua alat sonar tersebut dari TNI/Polri di Kepualauan Selayar.
"Telah memastikan benda ini sering sekali kita temukan di sekitar Kepulauan Selayar oleh masyarakat setempat. Kenapa sering terjadi di sana, karena kita ketahui semua bahwa Selat Sulawesi ini mulai dari atas sampai ke bawah merupakan Alki 2 ini sangat ramai, baik dilayari kapal sipil maupun militer," ujar Benny saat jumpa pers di geladak KRI Fatahillah, Sabtu (19/2).
Benny menyebut alat yang ditemukan merupakan alat sonar bawah laut. Alat tersebut berfungsi untuk mengumpulkan data bawah laut sesuai dengan kepentingan mothership.
Baca Juga:
Pakar Ungkap Gegera Sampah Plastik Cemari Laut RI, Negara Rugi Rp225 Triliun per Tahun
"Alat ini berfungsi bilamana di tenggelamkan ke air dengan cara fungsi kerjanya di-towing oleh kapal mothership-nya. Data diambil diperoleh alat ini akan ditransfer melalui kabel data ke mothership-nya atau kapal menowing, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, record di dalam mothership-nya," jelasnya.
Benny menegaskan alat tersebut bukan rudal. Meski demikian, kata Benny, alat tersebut bisa menjadi alat kelengkapan persenjataan bilamana digunakan untuk militer, karena mampu merekam terkait keadaan dalam laut mulai dari suhu, salinitas, arus, pasang surut, seismik, termasuk sumber daya alam yang bisa dieksplorasi dan eksploitasi.
"Saya yakinkan ini bukan rudal, cuma ini adalah bagian daripada kelengkapan persenjataan bilamana digunakan untuk militer. Jadi ada kalanya militer mau menggunakan senjata tertentu memanfaatkan alat seperti ini untuk mengambil data kedalaman laut," bebernya.
Benny menambahkan alat tersebut masih aktif, karena lampu indikatornya masih menyala. Ia menegaskan penemuan alat tersebut akan diteliti TNI AL apakah untuk kepentingan militer atau pelayaran umum.
"Kalau saya lihat lampunya masih berkedip. Alat akan diteliti Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut," kata dia.
Sementara itu, Komandan Gugus Keamanan Laut Laksamana Pertama TNI I Gung Alit Jaya mengatakan pihaknya menerima dua alat sensor tersebut pada Jumat (18/2) dari TNI-Polri dan Camat Pasimasunggu. Ia menjelaskan dua alat sensor tersebut ditemukan pada waktu berbeda.
"Yang hijau ini ditemukan pada 9 Februari 2022 oleh nelayan bernama Bapak Arifin. Sedangkan yang merah ini ditemukan diperkirakan 10 tahun lalu juga oleh warga Selayar," kata dia.
Ia menyebut kedua benda tersebut memiliki fungsi yang sama yakni sensor bawah laut. Ia menegaskan kedua alat tersebut masih dalam kondisi aktif.
"Kemampuan benda ini adalah memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mengambil data yang dibutuhkan di bawah laut," tuturnya.
Alit mengaku belum bisa memastikan alat tersebut apakah digunakan untuk militer atau kepentingan pelayaran umum. Meski demikian, penemuan alat tersebut membuat TNI AL waspada.
"Sehingga kemungkinan ke depannya harus lebih waspada, karena perairan Sulawesi ini menjadi penting bagi Internasional, karena kedalaman cukup tinggi. Di samping itu juga ada potensi ekonomi juga," ucapnya. [rin]