WahanaNews.co | Banyaknya penambang emas ilegal di Gunung Sanggabuana akan berdampak ke kelestarian alam yang cukup mengerikan.
Gunung Sanggabuana yang menjadi pembatas antara Kabupaten Karawang, Bogor, dan Cianjur ini menjadi sumber oksigen dan penyimpan air bagi masyarakat di selatan Karawang itu. Akan tetapi, ragam eksploitasi di gunung tersebut mengancam kelestarian alamnya.
Baca Juga:
Akibat Tambang Emas Ilegal, Kali Wariori Banjir dan Membuat Jalan Rusak
Seperti diketahui, Gunung Sanggabuana menyimpan kekayaan alam yang luar biasa, salah satunya kandungan emas. Wilayah ini dalam ancaman karena begitu banyak orang yang melakukan penambangan emas secara ilegal.
Pertambangan emas ilegal itu terjadi di wilayah hutan Blok Cilutung, dan Curug Cibereum di ketinggian sekitar 650 MDPL. Lokasi itu berjarak kurang lebih dua kilometer dari Kampung Cibereum, Desa Buanajaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Direktur Eksekutif Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) Solihin Fuadi mengungkap, pihaknya telah melakukan serangkaian investigasi mengenai tambang emas ilegal di Gunung Sanggabuana.
Baca Juga:
Kapolda Papua Barat Janji Tertibkan Tambang Emas Ilegal di Manokwari, DAP 7 Wilayah Adat Meyah Meminta Diberi Izin
"Setelah upaya pengumpulan data, pengecekan lokasi hasil investigasi kami, proses pertambangan ilegal itu terjadi di awal Maret 2023, itu yang terbaru, sebelumnya kami juga tahu ada beberapa titik bekas pertambangan ilegal di wilayah tersebut," ungkap Solihin, Jumat (7/4/2023).
Dikatakan, pihaknya menemukan sejumlah fakta bahwa, telah terjadi kerusakan lingkungan yang berpengaruh terhadap ekosistem di wilayah hutan lindung tersebut.
"Kami dapatkan beberapa kerusakan akibat galian tambang, yang kini berpengaruh terhadap ekosistem. Salah satunya adalah kehidupan flora dan fauna," kata dia.
Selain itu letaknya yang berdekatan dengan Curug Cibeureum yang menjadi sumber mata air bagi masyarakat di wilayah Buanajaya, juga terancam tercemar limbah pertambangan ilegal tersebut.
"Mereka menambang manual, tapi juga diproses di dalam hutan dekat area tambang, mereka juga mengambil air untuk menyiram batuan dengan potasium sianida atau KCN yang berdekatan dengan lokasi mata air dari curug. Tentu zat itu bisa mencemari lingkungan atau mata air," ucapnya. [sdy]