WahanaNews.co | Demi
menggenjot tingkat vaksinasi di Surabaya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya
berencana menerapkan sistem vaksinasi door to door kepada para ibu hamil.
Sistem yang akan diterapkan ini sebetulnya bukanlah sistem
yang baru. Sistem vaksinasi door to door ini telah dilakukan sebelumnya kepada
para lansia dan penyandang disabilitas.
Baca Juga:
PDHI Gorontalo Berikan Vaksinasi Gratis untuk Hewan Peliharaan
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria
Rachmanita di Surabaya, Jumat, mengatakan, vaksinasi door to door itu dilakukan
menyusul vaksinasi massal ibu hamil dosis 1 di Airlangga Convention Centre
(ACC) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kamis (19/8/2021), tidak mencapai
target.
"Kemarin sasaran 1.000 ibu hamil, tapi baru tercapai
800," kata Febria.
Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil
tidak datang saat pelaksanaan vaksinasi massal di ACC Unair Surabaya. Salah
satunya, adalah ibu hamil tersebut belum mendapat izin dari suaminya.
Baca Juga:
Dinkes DKI Jakarta: Per 1 Januari 2024 Vaksinasi COVID-19 Berbayar
"Belum dapat izin dari suami. Terus kemudian masih
ragu-ragu," katanya.
Adanya beberapa faktor tersebut, lanjut dia, pihaknya
menyatakan bakal melakukan pendekatan-pendekatan secara persuasif. Ia berharap,
seluruh ibu hamil di Surabaya yang telah ditetapkan menjadi sasaran, bersedia
untuk divaksinasi Covid-19.
"Ini masih kami lakukan pendekatan karena nanti bumil
wajib melakukan vaksin seperti waktu kami mewajibkan mereka tes usap PCR,"
ujarnya.
Febria menjelaskan, bahwa siapapun bisa tertular Covid-19,
termasuk pula ibu hamil. Untuk itu, lanjut dia, vaksinasi ini dinilainya
penting untuk menumbuhkan herd immunity bagi ibu hamil. Apalagi, bumil juga
tergolong rentan tertular Covid-19.
"Siapa saja bisa tertular. Kalau bumil kan rentan,
mudah tertular. Jadi di Surabaya penularannya bukan lagi klaster-klaster, tapi
sudah komunitas," katanya.
Febria menambahkan, bahwa usia kehamilan yang aman divaksin
setelah melewati tiga bulan pertama atau setelah melewati trimester pertama. Ia
memastikan, vaksinasi kepada bumil tidak membahayakan bagi janin atau calon
bayi.
"Kami utamakan yang risiko tinggi, usia 35-40 tahun.
Yang punya komorbid (tidak akut dan terkontrol) itu juga. Janinnya jadi
kuat," katanya. [rin]