WAHANANEWS.CO, Jakarta - Honeymoon yang seharusnya menjadi momen penuh sukacita berubah menjadi tragedi ketika pasangan suami istri yang baru menikah ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah penginapan glamping kawasan wisata Alahan Panjang, Kabupaten Solok.
Peristiwa pada Rabu (8/10/2025) itu membuat Cindy Desta Nada (28) meninggal dunia, sementara sang suami Gilang Kurniawan (28) kritis diduga akibat keracunan gas dari water heater berbahan bakar LPG yang terpasang di dalam kamar mandi.
Baca Juga:
Pembakaran Tak Sempurna, Puluhan Warga Karawang Keracunan Gas Klorin
Kepolisian menyatakan menerima laporan dari pengelola penginapan sekitar pukul 07.30 WIB yang melaporkan dua tamu ditemukan tidak sadarkan diri di salah satu unit glamping.
Kapolsek Lembah Gumanti, AKP Barata mengatakan pada Sabtu (10/11/2025) bahwa korban perempuan dinyatakan meninggal dunia setelah dilakukan pemeriksaan di lokasi.
“Benar, kami menerima laporan dari pihak penginapan bahwa dua orang tamu ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di kamar, setelah dilakukan pemeriksaan, korban perempuan dinyatakan meninggal dunia,” ujar Barata.
Baca Juga:
Puluhan Warga Kecamatan Ciampel Keracunan Gas Klorin
Polisi menduga kuat keracunan gas terjadi akibat penggunaan tabung LPG untuk pemanas air yang dipasang tanpa ventilasi memadai dalam ruangan tertutup.
Dugaan tersebut semakin menguat setelah beredar foto di media sosial yang memperlihatkan tabung gas 12 kilogram warna pink berada tepat di dalam kamar mandi dekat kloset tanpa jarak pengamanan.
Pertanyaan kemudian muncul tentang bagaimana sistem pemanas air bisa menyebabkan kebocoran gas dan seberapa berbahaya risiko gas seperti itu terhadap manusia.
Dosen Departemen Teknologi Mesin dan Industri UGM, Jayan Sentanuhady menjelaskan bahwa sistem pemanas air gas bekerja menggunakan burner atau kompor kecil dengan pasokan bahan bakar gas yang dipantik untuk menghasilkan api.
“Kalau pemanas air gas pada prinsipnya di dalam pemanas air itu ada burner-nya dengan bahan bakar gas, ada pemantik apinya, dan ada flow valve,” ujar Jayan, melansir Kompas, Minggu (12/10/2025).
Ia menjelaskan bahwa jika pembakaran terjadi secara sempurna maka gas yang dihasilkan adalah karbondioksida atau CO2 yang tidak langsung membahayakan penghuni ruangan.
Namun jika pembakaran gas tidak sempurna maka akan timbul gas CO atau karbon monoksida yang sangat berbahaya bagi manusia.
“Kecuali pembakarannya tidak sempurna akan menghasilkan gas CO,” kata Jayan.
Menurutnya, pembakaran gas yang tidak sempurna bisa dipicu oleh banyak faktor termasuk rasio udara dan bahan bakar yang tidak seimbang atau terlalu kaya gas.
“Banyak faktor ya, salah satunya karena perbandingan udara dan bahan bakar terlalu kecil,” jelasnya.
Faktor lain yang menyebabkan risiko adalah burner atau alat pembakar yang tidak dikalibrasi dengan baik sehingga pembakaran tidak stabil.
Sementara kebocoran gas dapat terjadi akibat selang gas yang pecah atau baut konektor yang longgar sehingga membuat gas menyembur ke dalam ruangan.
“Bisa jadi selang gas pecah atau baut konektor selang kendor, harus secara rutin di maintenance,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa selang gas memiliki masa pakai tertentu dan jika dibiarkan terlalu lama akan mengeras dan mudah retak sehingga perlu diganti secara berkala.
“Selang gas itu juga ada umurnya, semakin lama semakin getas, sehingga perlu diganti setiap periode tertentu,” katanya.
Jayan kemudian menekankan bahwa faktor paling penting dalam sistem pemanas berbahan bakar gas adalah adanya ventilasi atau lubang udara di ruangan untuk mencegah penumpukan gas beracun.
“Kamar mandi walaupun tertutup kan masih ada lubang-lubang angin, kalau ada lubang angin mestinya aman sih,” ujarnya.
Ia menegaskan tidak boleh ada proses pembakaran yang terjadi di dalam ruang tertutup karena gas karbon monoksida dapat meracuni tubuh hanya dalam hitungan menit.
“Gas CO memang berbahaya, karena kalau terhirup oleh makhluk hidup bisa masuk ke pernapasan dan akan menyerap kandungan oksigen dalam darah, dan orang akan mati lemas,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa gas CO2 yang dihasilkan dari pembakaran sempurna mungkin tidak langsung mematikan manusia tetapi tetap tidak aman untuk lingkungan dan perlu diawasi dengan serius.
“Gas CO2 relatif aman untuk manusia, tapi tidak aman buat lingkungan atau ozon,” pungkas Jayan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]