WahanaNews.co | Tingginya minat investor untuk memiliki properti di Bali
tidak terlepas dari campur tangan
pemerintah melalui Kempupera (Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat) yang terus meningkatkan konektivitas antar-wilayah di Bali. Salah satunya, rencana pembangunan Jalan
Tol Gilimanuk-Denpasar.
Tujuan utama pembangunan jalan tol yang akan menjadi ruas kedua
di Bali setelah Tol Bali Mandara tersebut adalah untuk pengembangan wilayah di
Bali bagian Barat, utamanya peningkatan konektivitas dari Pelabuhan Gilimanuk
hingga ke Metropolitan Sarbagita yang kerap mengalami kemacetan.
Baca Juga:
BMKG: Dalam Seminggu Bali Disambar 713 Petir
Pembangunan ruas tol kedua di Bali ini sangat diperlukan untuk
meningkatkan logistik dan juga sebagai jalur jalan wisata.
Pembangunan ruas tol Gilimanuk-Mengwi yang mencapai 95 kilometer
ini dalam tahap pertama akan menghubungkan kawasan Pekutatan-Soka dengan
panjang jalan mencapai 20 kilometer.
Tahap kedua akan dilanjutkan dari Soka-Mengwi lalu tahap ketiga
dari Gilimanuk-Pekutatan.
Baca Juga:
Wisatawan 'Receh' Ganggu Citra Pariwisata Bali, Pemilik Warung: Mereka Ganggu Pengunjung Lain
Pembangunan direncanakan dimulai pada kuartal ketiga tahun 2021
dan selesai pada kuartal keempat tahun 2022.
General Manager MarketingCiputra Group, Andreas Raditya, menegaskan, infrastruktur jalan tol yang diperluas
turut mendorong angka penjualan proyek properti di Bali.
Terbukti, memasuki kuartal terakhir pada tahun ini, proyek
Ciputra Beach Resort yang dikembangkan Ciputra Group mencatatkan penjualan
positif, bahkan sudah melebihi target.
"Sudah 105 persen progres penjualannya dan angka ini akan
terus bergerak naik karena masih ada waktu menuju akhir tahun," tegas Raditya, saat memberikan keterangan kepada media, Senin
(23/11/2020).
Raditya sendiri tidak menampik, tingkat penjualan sempat
terganggu di awal merebaknya pandemi Covid-19.
"Namun, cukup mengejutkan, pada Juni hingga saat ini, penjualan Ciputra Beach
Resort mencatatakan penjualan positif," imbuhnya.
Menariknya, lanjut Raditya, komposisi penjualan lebih banyak
dibukukan oleh produk kavling dibanding rumah atau vila.
"Investor saat ini sangat jeli dalam berinvestasi dan mereka
ingin investasinya di kawasan yang memiliki konsep, bernilai seperti di Ciputra
Beach Resort," tandasnya.
Saat ini, dua klaster yang sudah dipasarkan adalah Nivata dan Sadana. Untuk Nivata, stok produknya menipis, sementara
Sadana saat ini sudahsold out.
"Nivata, produk hunian dengan harga mulai Rp 4,8 miliar ini,
hanya tersisa 8 unit dari total 90 unit," tegasnya.
Menurut Raditya, dalam melakukan investasi properti, konsumen kebanyakan
mempertimbangkan
faktor lokasi.
Para investor memilih produk yang bernilai dan tepat, maka
produk yang dibeli biasanya produk yang berada di kota yang mereka sudah kenal.
"Tujuan utama investasi properti mereka pasti ada di kota
kelahiran dan kemudian Bali, ini karena nilai propertinya selalu menjanjikan.
Bali merupakan kawasan wisata tingkat dunia, ada kebanggaan membeli properti di
Bali," jelas Raditya. [dhn]