WahanaNews.co | Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di area pedestrian Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, mulai mengosongkan lapaknya yang biasa menempati emperan toko dan trotoar.
Meski Kota Pelajar kehilangan salah satu ciri khas belanjanya, pengunjung kawasan itu kini terlihat lebih leluasa memanfaatkan pedestrian seperti pada Sabtu (5/2) sore.
Baca Juga:
Mengenal Kota Yogyakarta dan Keajaiban Warisan Sejarahnya
Salah satunya adalah Thoriq Kurniadi (47), warga Magetan, Jawa Timur, yang melancong bersama istri dan ketiga anaknya.
"Lebih loss ya, apalagi jalan bareng keluarga begini. Lebih ada space," kata Thoriq ditemui di area trotoar seberang Mall Malioboro.
Sore itu guyuran hujan tipis-tipis cukup membuat mayoritas pengunjung memilih berjalan di selasar atau lorong kawasan pertokoan, yang juga tetap lenggang meski dipakai dua arah sekalipun.
Baca Juga:
Warga Sleman Dihajar Massa, Gegera Cabuli Wisatawan Asal Jakarta di Malioboro
Hanya sesekali pengunjung harus berbagi jalan dengan beberapa gerobak para PKL yang belum sempat dipindah.
Pengunjung lainnya, Ine Mathilda (37), merasa jalur pedestrian Malioboro yang sekarang jauh lebih ramah. Khususnya, untuk kaum lanjut usia (lansia) serta difabel.
"Makanya ini saya ajak mama saya buat ngerasain, cuma ya (Malioboro) jadi agak sepi saja sekarang. Kangen juga bakalan," tutur warga Mantrijeron, Kota Yogyakarta ini.
Perasaan kehilangan tak cuma dirasakan Ine seorang. Wisatawan lain asal Tangerang, Banten, Tina (29) menyebut Malioboro sudah berganti identitas. Wajah dan ruhnya tak lagi sama usai ribuan PKL direlokasi.
"Maksudnya itu kayak, ya sudah jadi pertokoan biasa. Jual klasiknya saja, yang bikin dia lebih hidup ya menurut saya PKL itu salah satunya," ucap Tina yang mengaku sudah lebih dari dua kali berkunjung ke Malioboro.
Sementara itu, teman Tina, Asyifa (29), beranggapan para PKL dan kawasan Malioboro adalah satu kesatuan.
Dia yang mengaku sudah menjajal ke Teras Malioboro 2 di Eks Kantor Dispar DIY, tak menemukan sensasi yang sama ketika berbelanja di lapak trotoar Malioboro awal 2020 silam.
"Buat aku wisatawan, pedagang itu sudah kayak ngehiasin tembok-tembok Malioboro. Ya kangen saja kalau lihat yang sekarang," kata Asyifa.
"Sekarang mereka jualan di Teras (Malioboro 2) background-nya kayak enggak dapat, tiang-tiang apa, galvanis ya? Enggak tahu sih kalau di yang satunya (Teras Malioboro 1), belum coba," lanjutnya.
Diketahui, sebanyak 1.838 PKL yang biasa berjualan di kawasan Malioboro telah dipindah ke dua sentra baru per 1 Februari 2022.
Dua lokasi itu adalah Teras Malioboro 1 yang dulunya merupakan Gedung Bioskop Indra, dan Teras Malioboro 2 di bekas kantor Dinas Pariwisata DIY sebagai shelter sementara.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta telah melarang segala bentuk aktivitas dagang oleh PKL di sepanjang Jalan Malioboro.
Pemda DIY mengklaim maksud dari relokasi ini adalah mendirikan sentra PKL dengan mengedepankan aspek legalitas dan kenyamanan pedagang. Serta penataan sebagai bagian dari upaya Pemda DIY mengajukan sumbu filosofi sebagai warisan budaya ke UNESCO. [bay]