WahanaNews.co | PT PLN (Persero) mencatat pemakaian listrik pelanggan di tiga provinsi Kalimantan, yakni Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur, mencapai sebesar 1.190 MW, yang dipasok melalui pembangkit interkoneksi.
"Total pemakaian listrik pelanggan mencapai 1.190 juta watt (1.190 MW), sementara total daya mampu 1.700 juta watt (1.700 MW)," kata Manajer PLN Unit Pelaksana Pengatur Beban (UP2B) Kalimantan, Turyanto, di Banjarbaru, Kalsel, Senin (11/4/2022).
Baca Juga:
Maraknya Penyalahgunaan Arus untuk 'Strum' Manusia, ALPERKLINAS Desak PLN Perketat Pengawasan
Dengan kondisi kebutuhan listrik pelanggan yang dinamis setiap harinya, PLN menjaga kestabilan antara pasokan listrik pembangkit dan kecukupan listrik yang dibutuhkan pelanggan di tiga provinsi.
Untuk mengatur dan menjaga kestabilan pasokan dan kebutuhan listrik tersebut, sistem kelistrikan dijalankan melalui dua unit regional control center (RCC) oleh PLN UP2B Kalimantan yang berpusat di Banjarbaru.
RCC 1 terletak di Balikpapan dan bertanggung jawab atas subsistem Mahakam yang meliputi gardu induk dan pembangkit listrik di Kaltim.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Soroti Ancaman 'Power Wheeling' dalam RUU EBET Prolegnas 2025
Sedangkan, RCC 2 terletak di Banjarbaru dan bertanggung jawab atas subsistem Barito yang meliputi Kalsel dan Kalteng.
Turyanto menjelaskan masing-masing RCC memiliki personel yang disebut dispatcher sebagai pilot yang bertugas mengatur pengoperasian pembangkit dan pengaturan beban di gardu induk selama 24 jam sehingga terwujud sistem yang stabil, andal, dan efisien.
"Saat ini, PLN memiliki 18 personil dispatcher yang telah berpengalaman mengoperasikan sistem Kalimantan selama bertahun-tahun," katanya.
Layaknya pilot pesawat terbang, seorang dispatcher juga harus dibekali kemampuan dan sertifikasi kompetensi dari lembaga akreditasi nasional sebelum bertugas di ruang kontrol untuk memonitor status dan kondisi seluruh pembangkit, jalur transmisi, dan gardu induk.
Sebelum bertugas di control room, dispatcher dilatih di dispatcher training simulator (DTS) yang merupakan program simulasi pengoperasian sistem kelistrikan dan dilengkapi dengan berbagai simulasi kondisi mulai dari kondisi operasi normal hingga kondisi emergency untuk menggambarkan jika terjadi gangguan maupun force majeure yang tidak dikehendaki.
Dalam bertugas dispatcher harus mengikuti standar operasional (SOP) yang ketat dengan penuh kedisiplinan.
Untuk mencegah timbulnya kesalahan dalam bertugas, seluruh prosedur pengoperasian sistem telah dilakukan kajian rutin untuk mengikuti kondisi-kondisi terkini.
DTS memberikan pemodelan sistem kelistrikan yang riil, sehingga gambaran kondisi sistem dapat secara langsung terampil pada visualisasi DTS.
Nantinya, hasil simulasi akan dijadikan bahan mitigasi peningkatan keandalan sistem serta pembelajaran bagi dispatcher.
Diakui Turyanto, Kalimantan sangat luas, sehingga untuk menghubungkannya diperlukan jalur transmisi yang sangat panjang dan membelah hutan serta rawa-rawa.
Hal ini menimbulkan tantangan dalam pengoperasian sistem di berbagai kondisi agar sistem kelistrikan tetap terjaga keandalannya terlebih menyongsong ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. [gun]