WahanaNews.co |
Setelah bencana badai siklon tropis seroja pada April 2021 lalu, PT PLN
(Persero) bergerak melistriki 18 desa terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) di
Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui program listrik desa.
Dengan total investasi Rp 20,8
miliar, sekitar 742 warga di 18 desa tersebut kini telah menikmati listrik.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Dengan nilai investasi
sebesar itu, artinya PLN mengeluarkan dana Rp 28 juta untuk melistriki tiap
warga di desa tersebut.
General Manager PLN Unit
Induk Wilayah NTT, Agustinus Jatmiko, mengatakan, tingginya biaya investasi
tersebut disebabkan lokasi desa yang terisolir.
Namun, ujar Jatmiko, hal ini
merupakan bentuk komitmen PLN untuk melistriki desa 3T demi mewujudkan energi
berkeadilan hingga ke pelosok negeri.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Sesudah pemulihan
pascabencana, PLN mengebut melistriki desa-desa. Dari April hingga pertengahan
Juni 2021 kita telah berhasil melistriki 18 desa tersebar di NTT," ujar
Jatmiko, dalam keterangannya, Kamis (24/6/2021).
Adapun 18 desa sudah
menikmati listrik tersebut tersebar di Pulau Flores, yaitu Desa Boafeo, Desa
Wologai, Desa Focoloderawe, Desa Nagerawe, di Sumba ada Desa Bolora, di
Kalabahi ada Desa Welai Selatan, Desa Tominuku, Desa Fuisama, Desa Malaipea.
Kemudian di Kabupaten Sabu,
yakni Desa Tada, Desa Bebae, Desa Loborui, Desa Waduwalla, Desa Eikare, Desa
Raerobo, Desa Daiano, Desa Matei, dan di Kabupaten TTS, Desa Kaeneno.
Untuk melistriki ke-18 desa
tersebut, lanjut Jatmiko, PLN membangun jaringan tegangan rendah (JTR)
sepanjang 62,79 kilometer sirkuit (kms), Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 46,09
kms, 18 Gardu dengan kapasitas 900 kVA.
Saat ini, rasio elektrifikasi
untuk wilayah NTT mencapai 88,37% per Mei 2021 dan rasio desa berlistrik telah
mencapai 96,21% per Mei 2021.
Sementara itu, Jatmiko
mengaku program listrik desa ini membutuhkan sinergi dan kerja ekstra, terutama
dalam hal pengangkutan tiang ke lokasi, karena medan yang cukup sulit.
Sebagian material itu dibawa
secara manual dibantu warga desa setempat.
"Kami ucapkan terima
kasih kepada warga yang sudah dengan sukarela membantu kami," tuturnya.
Mewakili masyarakat, Camat
Alor Tengah Utara, Sabdi Makanlehi, bersyukur atas mengalirnya listrik di
wilayahnya.
Penantian panjang puluhan
tahun, akhirnya berbuah manis.
"Akhirnya setelah proses yang
panjang, masyarakat di sini bisa menikmati listrik dan berharap bisa
dimanfaatkan dengan baik oleh warga sehingga lebih meningkatkan roda ekonomi
masyarakat," ujarnya. [dhn]