Baru kemudian pada tahun 1960, orangtua Agung terpaksa mengganti genting rumah yang dulunya terbuat dari sirap kayu jati dengan genting tanah karena sudah banyak yang lapuk.
“Usia sirapnya 210 tahun, jadi banyak yang rusak dimakan usia, oleh bapak saya diganti dengan genting pada tahun 1960,” katanya.
Baca Juga:
Pasangan Dan Keluarga Salah Satu Benteng Pertama Dalam Pencegahan Korupsi di Kabupaten Karo
Agung mengungkapkan, rumah joglo yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari Bengawan Solo itu pernah terendam banjir besar setinggi hampir 2 meter pada tahun 1875 dan tahun 2007.
“Banjir tahun 1875 itu ada prasastinya di waterstand di rumah dinas rumah sakit itu setinggi 170 centimeter,” ucapnya.
Meski sempat terendam banjir besar sebanyak dua kali, namun kayu rumah joglo tidak lapuk.
Baca Juga:
Pemuda di Taput Ditangkap Polisi Gegera Intip dan Rekam Gadis Lagi Mandi
Bahkan tiang utama dan dinding rumah dari kayu jati masih menimbulkan bunyi nyaring saat dipukul karena kerasnya kayu.
Hal menarik lainnya dari rumah joglo adalah lantai rumah yang dilapisi keramik yang diimpor langsung dari Belanda.
Sebagian keramik rumah joglo modelnya sama dengan keramik yang digunakan untuk lantai benteng Van Den Bosch.