WahanaNews.co | Karena keterbatasan ruangan kelas, siswa SDN Gunung Gadung yang berada di Desa Sukajaya, Kecematan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang terpaksa harus bergantian dalam menjalani Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Kondisi memprihatinkan tersebut, kini telah mencuat kepada publik dan menjadi sorotan masyarakat.
Baca Juga:
Sumedang Masuk 5 Besar Kampung KB Terbaik di Jawa Barat
Diketahui, dari keseluruhan bangunan yang ada, hanya 5 ruangan yang dapat digunakan KBM. Dari jumlah 5 ruangan itu, salah satu ruangannya merupakan bekas ruang guru yang di rombak menjadi ruang kelas.
Lima ruangan yang ada tersebut, jika dilihat dari luar, sekilas tampak kokoh. Namun konon atap kelima bangunan tersebut sudah pada lapuk.
Kekurangan kelas yang terjadi di SDN Gunung Gadung, salah satunya diakibatkan oleh musibah kebakaran yang menimpa ruang kelas 5 pada 2018 lalu yang hingga kini belum juga dilakukan perbaikan.
Baca Juga:
Anggaran DBHCHT Sumedang Tahun 2024 Capai Rp 20,98 M, Denny: Harus Memberikan Dampak Positif
Ditambah lagi satu ruangan yang sebelumnya diisi oleh kelas 6, kini sudah beralih fungsi menjadi sebuah gudang lantaran sudah tidak layak lagi digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Salah satu orang tua siswa sekaligus yang biasa bersih-bersih di sekolah tersebut, Entin (41) mengaku prihatin melihat kondisi SDN Gunung Gadung saat ini.
"Ini tuh 5 ruangan yang digunakan seperti kokoh tapi kalau hujan pada bocor takutnya ambruk aja. Bahkan tukang yang mau betulin atap pada waktu itu sempat bilang tidak sanggup naik ke atapnya," terang Entin, kemarin.
Sementara terkait minimnya ruang kelas, kata Entin, kondisi itu sangat dirasakan oleh kelas 1 dan kelas 5. Dimana untuk Kelas 1 dengan jumlah siswa 40 orang yang semestinya dijadikan 2 rombongan belajar, saat ini KBM-nya disatukan dalam satu ruangan kelas.
"Padahal dengan jumlah 40 siswa seharusnya kan jadi dua rombel tapi karena kelasnya kurang maka semua siswanya disatukan dalam satu ruangan," terangnya.
Paling miris dirasakan oleh siswa kelas 5 yang tidak memiliki ruangan kelas. KBM mereka disesuaikan dengan jadwal olahraga dari siswa kelas lainnya agar ruangannya dapat digilir.
"Jadi semisal hari selasa jadwal olahraga kelas 6, maka ruangan kelasnya digunakan oleh kelas 5, kemudian setelah kelas 6 selesai olahraga sekitar jam 10.00, maka kelas 5 ini pindah lagi ke ruangan kelas 1 yang sudah pulang terlebih dulu," paparnya.
Entin menuturkan, kondisi ini sebenarnya telah dikeluhkan juga oleh para orang tua siswa lainnnya.
"Saking lamanya tidak juga diperbaiki, para orang tua sempat berinisiatif akan memperbaiki ruang kelas yang rusak tapi di tahan oleh pihak sekolah," paparnya.
Ia berharap ada perhatian lebih dari Pemkab Sumedang agar para siswa dapat dengan nyaman mengikuti KBM di SDN Gunung Gadung.
"Harapan saya sebagai orang tua sih segera ada perhatian dan perbaikan dari Pemkab Sumedang," ucapnya
Kepala Sekolah SDN Gunung Gadung Enceng Sujana membenarkan terkait kondisi SDN Gunung Gadung yang saat ini sedang kekurangan ruang kelas.
"Iya benar memang kekurangan kelas," ungkapnya saat ditemui detikjabar.
Ia menyebut, jumlah rombel SDN Gunung Gadung ada 6 rombel dari jumlah siswa sebanyak 160 orang. Dari jumlah itu, siswa yang tidak memiliki kelas adalah kelas 5, sementara untuk kelas 1 yang semestinya 2 rombel terpaksa disatu rombelkan.
"Kalau kelas 5 itu harus menunggu giliran jadwal olahraga kelas lainnya. Sementara kelas 1 yang jumlah muridnya 39 orang yang semestinya 2 kelas terkasan saat ini disatu kelaskan karena kekurangan kelas itu," paparnya.
Aceng menjelaskan, kondisi kekurangan kelas disebabkan oleh musibah kebakaran yang menimpa ruangan kelas 5 pada 2018. Ditambah kondisi ruang kelas 6 yang saat ini dijadikan gudang lantaran sudah tidak layak dijadikan ruang KBM.
"Sebetulnya semua ruangan harus di renovasi, karena ruangaan yang dipakai kelas pun bagian atapnya sudah pada lapuk dan bocor dimana-mana saat hujan," terangnya.
Aceng memamaparkan, usulan soal perbaikan dan pembangunan ruang kelas sebenarnya sudah diajukannya kepada Dinas Pendidikan Sumedang sejak 2018. Namun hingga kini belum juga terealisasi.
"Pernah ngajukan perbaikan cuma katanya nanti dianggaran perubahan terus ditambah ada pandemi Covid, jadinya hingga kini tidak terlaksana," terangnya. [rsy]