WahanaNews.co | Lahan sawah seluas 60 hektar di Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, sudah tak ditanami petani selama 20 tahun.
Lahan tersebut tak ditanami karena Sungai Cikiray yang mendangkal.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Kepala Desa Karang Benda, Asep Kasih Sanjaya, membenarkan adanya keluhan warga soal lahan pesawahan yang sudah puluhan tahun tak ditanami petani.
Ada banyak faktor yang membuat area sawah tersebut tidak digarap.
"Ya betul, warga Karangbenda mengeluhkan adanya sawah yang sudah lama tak digarap, sudah 20 tahun," kata Asep, saat diwawancara wartawan, Rabu (21/9/2022).
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Menurutnya, lahan sawah yang tidak ditanami ada seluas 60 hektar, yang dimiliki 104 orang.
"Salah satu penyebabnya, kondisi aliran Sungai Cikiray yang semakin dangkal," ucapnya.
Sungai Cikiray merupakan salah satu sumber pengairan sawah Karangbenda yang berbatasan dengan Desa Karangjaladri.
"Sungainya mengalami pendangkalan dan penyempitan ruas sungai," katanya.
Ia mengatakan, jika sungai dangkal, aliran air ke sawah sangat minim.
Padahal, semula, hasil panen saat musim padi di Desa Karangbenda bisa mencapai 100 ton.
Sementara, saat kondisi Sungai Cikiray dangkal dan minim air, panen padi dari pesawahan Karangbenda hanya menghasilkan 25 ton per musim.
Asep mengatakan, sudah menerima banyak keluhan dari warga saat hasil panen padi warganya tidak maksimal.
"Sudah kami usahakan penanganan dengan pengerukan sungai secara manual," katanya.
Namun, untuk pengerukan, ujar Asep, masih memerlukan lebih banyak lagi biaya, karena panjang sungai sekitar 3 km.
"Kami sudah menjadikan usulan prioritas untuk pengerukan Sungai Cikiray, namun sampai saat ini setiap musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten belum terakomodir. Padahal, desa adalah kekuatan ekonomi, dan mayoritas bekerja sebagai petani," katanya.
Ia mengatakan, pesawahan di samping Sungai Cikiray menjadi pemasok padi terbesar di Desa Karangbenda.
"Selain kondisi tersebut, apabila musim hujan, sawah tersebut terendam. Beberapa kali, dalam setiap musim panen, selalu gagal lantaran tergenang air banjir," katanya.
Penyebab utamanya, perairan masuk ke sawah, dan aliran sungai saat banjir selalu tidak normal.
"Jika aliran ingin normal, memang harus ada pengerukan dan pembangunan tanggul," ucapnya.
Sementara hasil panen per hektare untuk sawah produktif di Pangandaran rata-rata produksi 62 kwintal.
Tetapi masih ada sawah produktif yang menghasilkan 58 kwintal per hektarnya. [gun]