WahanaNews.co, Jakarta - PT Agincourt Resources (PTAR), perusahaan Tambang Emas Martabe yang beroperasi di Kelurahan Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, menggelar Seminar Nasional ESG bertajuk 'Adaptasi ESG melalui Dekarbonisasi dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati untuk Menyongsong Pertambangan Berkelanjutan'.
Seminar diselenggakan di Hotel Mercure, Sabang, Jakarta, Jumat (26/1/2024), dihadiri puluhan mahasiswa, akademisi, dan jurnalis. Kegiatan yang juga diselenggarakan secara daring ini menghadirkan narasumber berkompeten seperti, Direktur SDGs Center Universitas Padjadjaran, Zuzy Anna, Chairperson of Advisory Board Social Investment Indonesia, Jalal, dan Senior Biodiversity and Conservation Planning-RCCC UI/CTSS-IPB, Rondang Siregar.
Baca Juga:
Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang, PTAR Tanam Ribuan Pohon dan Perluas Nursery
Dalam sambutannya, Wakil Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Ruli Tanio mengatakan, PT Agincourt Resources, telah menargetkan sejumlah fokus keberlanjutan yang tertuang pada Public Contribution Strategy perusahaan.
Strategi itu meliputi penerapan sistem manajemen lingkungan berstandar internasional, pengelolaan keanekaragaman hayati, penurunan emisi Green House Gas (GHG) melalui dekarbonisasi, offset dan nature-based solution project, pengurangan intensitas pengambilan air dan menjaga kualitas air discharge, pengelolaan limbah padat dan cair, pemberdayaan masyarakat, penciptaan lingkungan kerja yang mendorong ekuitas, serta keberagaman dan inklusi.
Senada, Manager Environmental PT Agincourt Recources, Mahmud Subagya menuturkan, dalam operasionalnya PTAR mengambil enam aspirasi yang difokuskan pada target 2030. Enam target adalah menurunkan emisi GRK sampai 30 persen pada 2030, manajemen energi yakni 50 persen bauran EBT di Grup Astra, manajemen air, manajemen limbah pabrik, keberagaman dan inklusivitas karyawan, kesehatan dan keselamatan kerja karyawan.
Baca Juga:
Mengembalikan Cahaya pada Mata dengan Operasi Katarak Gratis oleh Tambang Emas Martabe
“Dulu kami menggunakan 20 generator berbahan bakar solar dengan konsumsi 3 juta liter. Kini PTAR sudah membangun PLTS 2,1 MWp. Namun walaupun begitu, PLTS yang ada masih belum mengkaver energi yang dibutuhkan, sehingga konsumsi dari PLN masih kita butuhkan,” sebut Mahmud.
Lebih jauh disebutkan, PTAR mempunyai kebijakan lingkungan untuk meminimalkan semua dampak yang timbul. Ada mitigasi yang dilakukan sehingga tidak muncul risiko-risiko. Efisiensi energi menjadi suatu kebutuhan yang harus dilakukan. Ini merupakan peran perusahaan dalam pengendalian iklim.
"Proses penambangan kita lakukan secara open pit, dimana pembukaan lahan dilakukan secara hati-hati, untuk meminimalkan dampak pada lingkungan," pungkasnya.