WahanaNews.co | Dalam dua Minggu terakhir, kasus kematian babi akibat terpapar African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika di Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, terus meningkat.
Namun, Pemerintah belum melakukan tindakan terkait kasus ASF ini.
Baca Juga:
Bupati Barito Timur: Kepala Desa Diminta Terus Berinovasi dan Kreatif Bangun Desa
Kades Gumpa, Salakman mengungkapkan, kasus kematian babi di desanya mulai muncul sejak dua minggu yang lalu. Kematian tersebut terus meningkat hingga mencapai sekitar 200 ekor.
"Biasanya tiga hari demam langsung mati. Sampai saat ini belum ada penanganan, kalau babi mati biasanya warga langsung kubur," ungkapnya.
Sejumlah desa yang mengalami kasus ASF yakni Desa Lalap, Kotam dan Ampari Bura di Kecamatan Patangkep Tutui dan Desa Gumpa dan Desa Matarah di Kecamatan Dusun Timur.
Baca Juga:
Pemerintah Kalimantan Tengah Gelar Pasar Murah di SMAN 1 Dusun Tengah
Babi yang mati di Desa Gumpa rata-rata sudah besar, karena itu Salakman memperkirakan total kerugian akibat kematian babi mencapai ratusan juta rupiah.
"Kita rata-rata saja per ekor babi yang mati beratnya 30 kilogram, dikalikan 200 ekor, kemudian dikalikan harga daging babi Rp45 ribu per kilogram," urainya.
Camat Patangkep Tutui, Nina Marissa membenarkan adanya kasus ASF di beberapa desa. Namun hingga kini Nina belum mendapatkan laporan dari pemerintah desa jumlah kematian babi.
"Belum ada laporan masuk ke kami, mungkin ke dinas terkait," jawabnya saat dihubungi Jumat, (12/3/2022).
Terpisah, Dokter Hewan Akhmad Rizaldi mengatakan, tanda klinis babi yang terpapar ASF yakni kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum.
Selain itu, babi juga mengalami diare berdarah, kemerahan pada telinga, demam 41 derajat celsius, konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis dan kejang.
Kadang babi juga mengalami muntah, diare atau sembelit, pendarahan kulit sianosis yang menyebabkan babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas dan tidak mau makan.
Virus ASF juga sangat tahan hidup di cuaca dingin maupun panas, serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan. Virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung serangga, pakaian, peralatan peternakan, kendaraan dan pakan yang terkontaminasi seperti limbah bekas catering yang mengandung daging babi.
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk pencegahan ASF, karena itu peternak harus mewaspadai penyebaran ASF.
"Penyakit ini penularannya cepat dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar," bebernya.
Data terakhir yang dirilis Dinas Perikanan dan Peternakan Barito Timur pada 16 Februari 2022, jumlah kematian babi telah mencapai 1.528 ekor. Rinciannya, dari Kecamatan Awang 1.147 ekor, Dusun Timur 167 ekor dan Kecamatan Benua Lima 214 ekor. [bay]