Saat Dwi melintas, sekitar pukul 18.50 WIB, Jalan Raya Bogor memang diterangi lampu jalanan. Lampu dari pertokoan dan bangunan lainnya di sepanjang jalan itu juga turut menerangi Jalan Raya Bogor.
Namun, hal itu saja tidak cukup, mengingat kabel fiber optik yang menjerat Dwi berwarna gelap. Jika ada penanda, ia dan pengendara lainnya dapat menghindari titik kabel itu menjuntai ke bawah.
Baca Juga:
Gawat, Kabel PLN Hanya Satu Meter dari Tanah di Kecamatan Halongonan, Paluta: Ancaman bagi Masyarakat
"Kondisi jalanan saat itu juga ramai. Pas saya kena, untungnya pengendara-pengendara di belakang saya enggak kena. Mereka langsung lewat begitu saja. Pokoknya cuma saya saja yang kena. Apesnya di saya," tutur dia.
Luka akibat jeratan kabel fiber optik memang tidak berdarah. Namun, kulit leher Dwi terkelupas dan meninggalkan luka berupa garis cukup dalam yang berwarna putih dan berair. Lebih lanjut, luka pada lehernya terasa sakit ketika disentuh untuk pertama kali. Meski sudah diberi salep, serta obat antinyeri dan antibiotik, lukanya masih terasa nyeri sampai saat ini.
"Saya setiap hari harus minum obat antinyeri karena pas mau tidur susah banget, makanya harus diminum. Masih berasa sakitnya," ungkap Dwi.
Baca Juga:
Takut Membahayakan, Warga Keluhkan Kabel Kendor-Tiang Miring Milik PLN di Taput
Sebelumnya, Dwi terjerat kabel fiber optik saat sedang mengendarai sepeda motornya di lajur tengah Jalan Raya Bogor arah PGC.
Ia baru menyadari lehernya terjerat sekitar lima meter dari posisi awal kabel itu. Dwi menduga, kabel berada pada posisi rendah karena sedang diperbaiki.
Namun, ia tidak tahu identitas perusahaan pemilik kabel. Ia hanya melihat lima orang berada di sekitar tiang. Dua yang berada di atas memakai seragam teknisi yang mencakup baju dan celana merah, tetapi ada garis putih di belakang baju mereka.