WahanaNews.co, Jakarta - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) meminta Kementerian Pertanian agar melibatkan masyarakat dalam proyek konversi lahan pertanian menjadi sumber energi listrik untuk mendukung Green Economy Village (GEV).
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menyampaikan pentingnya peran masyarakat dalam memastikan keberlanjutan program ini.
Baca Juga:
Kasus Pelanggaran UU KPK, Polda Metro Segera Tentukan Nasib Firli
“Program GEV ini harus benar-benar melibatkan masyarakat di setiap tahapnya, sehingga mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari solusi energi bersih dan pemberdayaan ekonomi lokal,” ungkap Tohom Purba.
Ket foto: Ilustrai PLTU. [WahanaNews.co/foto dunia-energi.com]
“Kami berharap Kementerian Pertanian dan pihak terkait lainnya dapat lebih membuka peluang bagi masyarakat untuk turut serta dalam pengelolaan biomassa agar manfaatnya dirasakan secara langsung," sambungnya.
Baca Juga:
Pemerintah Pasaman Barat Salurkan Pompa untuk Antisipasi Kekurangan Air Musim Kemarau
Program GEV ini dirancang untuk memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakar co-firing pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), sekaligus meningkatkan energi baru terbarukan (EBT) dan memberdayakan ekonomi lokal.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menyatakan bahwa Kementerian Pertanian siap mendukung kesuksesan program ini melalui pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat setempat.
“Kami dari Kementerian Pertanian siap bersinergi dan memberikan dukungan penuh. Program ini tidak hanya berkontribusi pada energi terbarukan, tapi juga berdampak langsung terhadap ekonomi masyarakat. Ini adalah inisiatif yang sangat bermanfaat bagi rakyat,” ujarnya dalam pernyataan di Jakarta, Rabu (9/10/2024).
Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menekankan pentingnya biomassa sebagai kunci mencapai target bauran energi 23% pada 2025 dan Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Ia menjelaskan bahwa keberhasilan program ini memerlukan kolaborasi kuat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor energi.
“Kami menargetkan pemanfaatan biomassa sebesar 2,2 juta ton di tahun 2024 dan akan meningkat menjadi 10 juta ton di tahun 2025 untuk memenuhi kebutuhan 52 PLTU,” jelas Iwan.
Iwan menambahkan bahwa program ini sudah berjalan di tiga lokasi, yaitu Tasikmalaya, Cilacap, dan Gunungkidul, sejak tahun 2023. Di Tasikmalaya, area proyek akan berkembang hingga 100 hektar pada 2025 dengan tanaman Indigofera, yang berfungsi sebagai bahan baku biomassa sekaligus pakan ternak.
Melalui program ini, ALPERKLINAS berharap keterlibatan masyarakat dapat memperkuat ekosistem biomassa secara berkelanjutan, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan kesejahteraan lokal di seluruh lokasi program.
[Redaktur: Amanda Zubehor]