Mahasiswa didorong untuk menyelesaikan studi mereka dalam waktu yang lebih singkat, sehingga mereka dapat segera berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Program unggulan ini membuka pendaftaran dua kali setahun pada semester ganjil dan gasal, memberikan kesempatan lebih luas bagi calon mahasiswa untuk bergabung.
Baca Juga:
Universitas Indonesia Juara Kompetisi Essay dalam Ajang Pertamina Goes To Campus 2024
Meski begitu, kualitas pendidikan di Kajian Stratejik dan Global UI tetap dijaga ketat. Bayu Wicaksono mencontohkan bila setiap penelitian harus memiliki tingkat kemiripan yang sangat kecil, yakni di bawah 10 persen.
Calon lulusan pun diharuskan mempublikasi penelitiannya tersebut. Bagi S2 penelitian harus dipublikasi di jurnal yang minimal terakreditasi Science and Technology Index (Sinta) 5. Sementara untuk S3 diharuskan untuk menerbitkan penelitiannya di jurnal dengan minimal akreditasi Sinta 2 atau Scopus minimal Q3.
Karena itulah, Bayu Wicaksono merasa di tengah tantangan dunia pendidikan Indonesia yang masih sulit menghasilkan lulusan doktor yang berkualitas dan berdaya saing global, Program Doktor Kajian Stratejik dan Global menjadi oase yang menyegarkan.
Baca Juga:
Menteri Bahlil Soal Moratorium Gelar Doktor: Yang Saya Tau Bukan Ditangguhkan
"Dengan pendekatan lintasdisipliner yang ditawarkannya, program ini tidak hanya menghasilkan doktor yang unggul secara akademis, tetapi juga mampu menjawab tantangan global dengan solusi yang inovatif dan berdampak luas. Ini adalah langkah penting dalam mendorong Indonesia ke arah pendidikan tinggi yang lebih maju, tanggap, dan relevan dengan kebutuhan dunia," pungkas Bayu Wicaksono.
[Redaktur: Amanda Zubehor]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.