WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ibu Negara Brasil, Janja Lula da Silva, memberikan masukan yang mencuri perhatian bagi pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia.
Ia menyarankan agar program tersebut memanfaatkan teknologi biodigester sebagai sumber energi terbarukan untuk dapur sekolah, sekaligus menjadi sarana edukatif bagi generasi muda mengenai pentingnya energi bersih.
Baca Juga:
Dukung Target Nasional 2029, MARTABAT Prabowo–Gibran Nilai Perpres RPJMN Tonggak Revolusi Pengelolaan Sampah
Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk Pangan dan Kebijakan Strategis, Meizani Irmadhiany, mengungkapkan saran itu disampaikan Janja saat melakukan kunjungan ke SD Angkasa 05 Halim, Jakarta Timur, pada Jumat (24/10/2025).
“Biodigester untuk mengembangkan energi terbarukan. Untuk memasak. Jadi school meal program atau program makanan di sekolah ini juga bisa membangkitkan teknologi dan ekosistem baru,” ujar Meizani selepas mendampingi kunjungan tersebut.
Menurut situs Green Business Benchmark, biodigester adalah sistem yang mencerna bahan organik secara biologis, baik dengan oksigen (aerobik) maupun tanpa oksigen (anaerobik).
Baca Juga:
Pemerintah Gencar Sosialisasikan PLTS Atap, ALPERKLINAS Minta PLN Siapkan Infrastruktur Antisipasi Overload Daya Listrik
Proses ini dilakukan oleh mikroba dan bakteri yang memecah bahan organik seperti sisa makanan, lemak, minyak, hingga kotoran hewan menjadi energi baru yang dapat dimanfaatkan.
Teknologi ini berbentuk sistem tertutup, sehingga tidak mengeluarkan bau tidak sedap dari sampah makanan.
Hal tersebut membuat lingkungan dapur menjadi lebih bersih, bebas dari lalat dan hewan pengerat yang sering muncul akibat limbah makanan terbuka.
Selain ramah lingkungan, penggunaan biodigester juga membantu menghemat biaya pengangkutan sampah karena limbah organik dapat diolah langsung di lokasi.
Dengan begitu, dapur sekolah dalam program MBG bisa menjadi model efisiensi dan keberlanjutan energi.
Kapasitas biodigester bergantung pada ukurannya. Semakin besar unit yang digunakan, semakin banyak pula volume makanan yang bisa diproses setiap harinya.
Keunggulan lain, alat ini mudah dioperasikan dan dirawat, sehingga cocok diterapkan di berbagai fasilitas sekolah.
“Tentu saja, salah satu manfaat besar biodigester adalah ramah lingkungan dan akan mengurangi jejak karbon fasilitas secara signifikan. Sisa makanan dan bahan organik lainnya yang membusuk di tempat pembuangan akhir melepaskan metana dan karbon dioksida yang berkontribusi terhadap perubahan iklim,” tulis Green Business Benchmark.
Biodigester anaerobik bekerja di lingkungan tanpa oksigen dan mampu mencerna berbagai jenis limbah seperti sisa makanan, minyak, lemak, limbah halaman, serta kotoran hewan. Dari proses ini dihasilkan dua produk sampingan utama, yakni biogas dan digestat.
Digestat merupakan residu yang kaya akan nutrisi organik, termasuk nitrogen dan fosfor, yang sangat bermanfaat untuk pertanian. Bahan ini bisa dijadikan pupuk alami untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur lahan pertanian.
Sementara itu, biogas yang dihasilkan sebagian besar mengandung metana. Gas ini dapat disimpan dan digunakan kembali sebagai sumber energi berkelanjutan untuk memasak, memanaskan air, hingga menghasilkan listrik di lingkungan sekolah.
Dalam konteks emisi karbon, listrik masih menjadi salah satu penyumbang besar gas rumah kaca, terutama karena sebagian besar sumbernya masih berasal dari bahan bakar fosil.
Penggunaan biogas dari biodigester menjadi solusi cerdas dan ramah lingkungan yang berpotensi mengubah wajah energi di dapur sekolah.
Dengan demikian, gagasan yang disampaikan Janja Lula da Silva tidak hanya memperkuat program Makan Bergizi Gratis dari sisi gizi anak, tetapi juga dari aspek inovasi energi dan keberlanjutan lingkungan yang selaras dengan visi pembangunan hijau Indonesia.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]