WahanaNews.co | Pendidikan berkualitas di perguruan tinggi tidak hanya untuk membukakan pintu sukses bagi mahasiswa usai lulus kuliah, namun lebih dari itu yakni agar mampu menebar manfaat lebih luas untuk masyarakat.
Hal tersebut sangat jelas tergambar dalam buku “INSPIRE, Mozaik Kisah Para Teladan” yang memuat kisah 28 alumni berbagai perguruan tinggi yang juga penerima Beasiswa Teladan dari Tanoto Foundation.
CEO Global Tanoto Foundation Dr. J. Satrijo Tanudjojo mengatakan, Tanoto Foundation aktif mendorong terwujudnya kesetaraan peluang melalui Pendidikan berkualitas, termasuk akses perguruan tinggi melalui program kepemimpinan dan beasiswa melalui program Teladan. Komitmen tersebut terus dilakukan sejak 2006.
“Selama hampir dua dekade, para penerima beasiswa Teladan telah lulus, berkarier, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat, komunitas, dan lingkungan,” ungkap Satrijo dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (20/05/2023).
Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi independen di bidang Pendidikan yang didirikan Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto sejak 1981.
Baca Juga:
Kembangkan Pertanian Modern, Kementan Ajak Kaum Milenial Berwirausaha via PWMP
Selama periode 2006 hingga 2022, Tanoto Foundation telah memberikan beasiswa kepada 8.167 mahasiswa di 9 universitas mitra program Teladan di Indonesia.
Salah satunya adalah Freddy Wijaya. Peraih beasiswa Teladan saat menuntut ilmu di Jurusan Akuntasi, Universitas Gadjah Mada (UGM) ini mengaku memiliki ketertarikan di bidang pertanian sejak masih kecil, gara-gara sering membaca buku National Geographic dan majalah Trubus.
“Sejak kecil, saya punya cita-cita memiliki usaha yang bisa menghijaukan dan melestarikan lingkungan,” ujarnya.
Cita-cita itu mulai dirintis setelah lulus kuliah melalui usaha produksi pupuk. Pada tahap awal, Freddy fokus pada usaha pemberdayaan petani jagung di wilayah Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Interaksi dengan petani membuat dia bisa menangkap berbagai keresahan yang dirasakan, mulai dari kesulitan memperoleh pupuk subsisi, harga pupuk kimia yang mahal, serta produktivitas lahan yang menurun.
“Kombinasi permasalahan itu membuat petani kesulitan mendapat hasil panen yang bagus,” bebernya.
Berbagai permasalahan itulah yang menjadi dasar pengembangan dan inovasi produk Pupuk Dinosaurus yang didirikannya.
Penyuluhan dari rumah ke rumah dilakukan untuk membantu petani bisa mengadopsi teknik pertanian yang lebih produktif.
Usaha tidak mengkhianati hasil ketika hasil panen petani jagung di Flores terus membaik.
Keberhasilan itu membuat Freddy terus berus berinovasi.
Pupuk hayati cair merek Dinosaurus tidak hanya terdaftar di Kementerian Pertanian, tapi juga berhasil mendapat sertifikat organik internasional dan kini sudah dipasarkan di berbagai wilayah di Indonesia.
Baca Juga:
Trik Budidaya Kayu Manis agar Hasil Panen Berkualitas
“Saya optimistis akan makin banyak generasi muda yang terjun ke dunia pertanian karena ada potensi luar biasa besar di bidang ini,” tutupnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]