WahanaNews.co | Menteri Desa, PDTT, Prof. (HC) Dr. (HC). Abdul Halim Iskandar, M.Pd mendapat gelar professor kehormatan (honoris causa) dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam Rapat Terbuka Senat Unesa.
Gelar tersebut diberikan atas kontribusi dan dedikasi Halim Iskandar dalam pengembangan ilmu sosiolinguistik terhadap pembangunan desa berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Rektor Unesa, Nurhasan mengatakan, gelar kehormatan tingkat profesor kepada Halim merupakan yang pertama diberikan Unesa.
Baca Juga:
Mahasiswa Unesa jadi Duta Peradaban Indonesia
Dengan dikukuhkannya Halim Iskandar sebagai profesor, Unesa kini memiliki 109 guru besar sebagai lokomotif pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, riset dan inovasi di Unesa.
"Latar belakang dan kontribusi Gus Halim selama ini menunjukkan komitmennya di bidang pendidikan dan punya jiwa sebagai pendidik. Beliau merupakan pendidik dan sebagai dosen NIDK serta menggagas berbagai forum, termasuk Ngopi Akademis di Unesa," ucap Hasan dikutip dari laman Unesa, Minggu (17/9/2023).
Hasan menekankan, profesor kehormatan ini sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan kapasitas akademik Halim Iskandar atas peran pentingnya yang bisa dilihat dari berbagai transformasi yang terjadi di desa saat ini.
Salah satu program baru yang digagas yaitu Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Desa sebagai upaya peningkatan kualitas SDM desa.
RPL tahap pertama dengan Bojonegoro ini sudah berjalan dan rampung masa studinya. Kini RPL juga diterapkan di Magetan.
Baca Juga:
Universitas Negeri Surabaya Luncurkan Program Bulan Pendidikan
Hasan menekankan, gelar ini bukan penghargaan formal, tetapi sebuah penghormatan yang hanya diberikan atas dedikasi yang luar biasa dari tokoh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, masyarakat dan negara.
"Kontribusi Gus Halim di bidang sosiolinguistik merupakan sumbangan penting bagi pengembangan keilmuan dan kajian etnopragmakritis bahasa sebagai media komunikasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa," jelasnya.
Halim menyampaikan orasi ilmiah tentang "Bahasa sebagai Media Komunikasi Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa: Kajian Etnopragmakritis".
Halim Iskandar menekankan peran penting bahasa yang berpengaruh terhadap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Bahasa memiliki fungsi integratif, yang menyatukan. Itu merupakan ‘senjata’ pembangunan.
Menurutnya, keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat dari good planning dan good implementation.
Namun, elemen lingkungan budaya juga menjadi variabel penting pembangunan.
Sebagai produk budaya, bahasa menjadi salah satu faktor keberhasilan implementasi kebijakan dan pembangunan.
Halim menyampaikan terima kasih atas apresiasi UNESA dalam bentuk gelar kehormatan terhadap perjalanan dan perannya sejak santri hingga menjadi menteri.
Apa yang dia lakukannya itu banyak dikaji secara serius dalam bentuk berbagai buku seperti SDGs Desa, Holopis Kuntul Baris; Dari Desa untuk Indonesia, dan lain-lain.
Peran pentingnya itu juga dinaikkan ke tahap kajian akademik secara etnopragmakritis sehingga menjadi bahan kajian dan paradigma baru dalam pembangunan, khususnya pembangunan masyarakat desa.
“Peran bahasa sebagai produk budaya kita ini merupakan khazanah, kekayaan dan kebinekaan kita. Ini tidak akan tergerus apalagi tereliminasi jika menggunakan pendekatan diskursus yang sesuai kondisi masyarakat tiap daerah,” katanya.
Penyematan gelar kehormatan ini disaksikan langsung Menteri Ketenagakerjaan, Dr. Hj. Ida Fauziyah, M.Si; Wakil Ketua MPR-RI Dr. Drs. H. Abdul Muhaimin Iskandar, M.Si dan jajarannya; wakil ketua DPR-RI; dan jajaran pejabat Kemendes PDTT.
[Redaktur: Zahara Sitio]