WahanaNews.co | Orang tua mempunyai tugas memberikan pola asuh yang baik kepada buah hatinya. Untuk dapat melakukan hal ini, orang tua membutuhkan tingkat kedewasaan emosional yang matang.
Namun, karena proses mengasuh anak ini membutuhkan proses belajar terus menerus, ada kalanya orang tua perlu berefleksi dan mengetahui tingkat kedewasaan diri karena ini adalah pola kunci agar trauma antar generasi tidak terpelihara dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Baca Juga:
Prioritaskan Kualitas Tidur, Salah Satu dari 5 Kebiasaan Orang yang Sukses di Usia Tua
Seseorang yang tidak dewasa secara emosional, tampaknya tumbuh dengan orang tua yang juga tidak dewasa secara emosional.
Misalnya, tidak memiliki kedekatan emosional dengan orangtuanya dan mengulang keberjarakan dengan putra-putrinya.
Untuk itu, perlu dikenali bahwa kedewasaan emosional yang kurang ditandai dengan sikap berikut ini.
Baca Juga:
Orang Tua Wajib Tahu, Tips Cara Mendidik Anak di Era Digital
1. Terlalu menyetir dan mengontrol anak-anaknya
Orang tua yang menyetir dan mengontrol anak-anaknya, dikenal sebagai orang tua yang menerapkan pola asuh helikopter.
Dengan menerapkan pola asuh ini, Anda menuntut kesempurnaan dan menetapkan tuntutan tinggi yang seringkali tidak realistis baik pada diri sendiri maupun anak-anak Anda.
Melansir Psychology Today, Rabu, 7 Juni, orang tua ini mungkin menjadi orang tua dengan tingkat emosi negatif yang tinggi tanpa kontrol. Misalnya, dengan kemarahan berlebihan atau dari pendekatan hukuman.
Anak-anak yang diasuh seperti ini, sering menjadi perfeksionis, berprestasi, dan sangat kritis.
2. Terlalu emosional
Orang tua yang tidak mengontrol emosinya, dapat berubah dari satu emosi ke emosi lainnya. Mereka tampak terlalu dramatis, bereaksi berlebihan terhadap situasi tertentu, atau tampak tak berdaya, dan needy.
Di sisi lain, orang tua yang terlalu emosional dapat berjarak, sinis, meremehkan, atau dingin terhadap anak-anak mereka.
Seringkali orang tua dengan emosi yang tidak teratur mungkin mengalami trauma keterikatan yang tidak dapat disembuhkan. Sehingga mereka mengasuh anak dari keterikatan yang tidak teratur.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola orang tua seperti ini, mungkin tumbuh dalam kecemasan, depresi, dan tidak teratur secara emosional. Artinya, pola asuh bisa berdampak negatif pada kematangan emosional hubungan mereka dan berisiko mengembangkan ikatan traumatis dengan pasangannya nanti.
3. Orang tua yang menolak dan sering menghindar
Orang tua yang menolak perannya dalam mengasuh anak, biasanya menghindar, menjauh, dan mungkin menghabiskan waktu sendirian atau tidak ingin diganggu dengan pengasuhan.
Orang tua dengan tingkat kedewasaan yang kurang ini, tampaknya dibesarkan dengan pola yang serupa. Mereka dibesarkan untuk menjaga diri mereka sendiri sehingga tidak menjalani pola komunikasi asertif dan seringkali menjadi penuntut serta berkomunikasi secara kasar.
Anak-anak yang dibesarkan tidak dekat secara emosional dengan orang tua, mungkin menjadi orang dewasa yang memiliki empati terbatas.
Mereka juga lebih meremehkan, menghindari, bahkan sulit mempertahankan hubungan yang dilandasi aspek emosional.
4. Orang tua yang pasif
Orang tua yang pasif kerap lalai melibatkan aspek emosional. Mereka juga menghindari konfrontasi dan mungkin tidak mudah bergaul. Banyak orang tua yang pasif tidak memiliki batasan sehat dan konsisten.
Bahkan mereka tak bisa menjadi teman anak-anaknya. Mereka mungkin mengabaikan kebutuhan emosional anak mereka karena terlalu berlebihan untuk mereka tangani.
Dibesarkan oleh orang tua yang pasif secara emosional dan fisik menyebabkan risiko kecemasan dan depresi.
Anak-anak yang tak didukung secara emosional oleh orangtuanya mungkin mengalami kesulitan mengekspresikan emosi. Semoga bermanfaat.
[Redaktur: Zahara Sitio]