WahanaNews.co | Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun ke-43 Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sekaligus Hari Buku Nasional, Perpusnas meluncurkan buku berjudul Literasi Kunci Negara Produsen.
"Apa yang tertuang di dalam buku yang dipersembahkan hari ini adalah merupakan kerangka yang tentu di sana-sini perlu masukan perbaikan saran dan penyempurnaan,” jelas Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, dalam keterangan tertulis pada Kamis (18/05/2023).
Syarif menyebut pemikiran yang tertuang dalam buku tersebut merupakan pemikiran bersama yang diambil dari penggalan-penggalan pidatonya selama enam tahun terakhir.
Baca Juga:
Amigdala: Residu Perjuangan Bangkit Penyintas Kekerasan Domestik oleh Mpokgaga
Dia menjelaskan perkembangan literasi masyarakat Indonesia masih berada pada kelompok dua menurut klasifikasi Kleden, yakni masyarakat yang mampu membaca dan menggunakannya untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan.
Dia mengatakan mayoritas masyarakat Indonesia belum dapat memanfaatkan kecakapan itu untuk menambah pengetahuan, hiburan, atau berekspresi melalui tulisan.
"Seharusnya bangsa ini sudah dapat melepaskan diri dari belenggu literasi yang dangkal ini, karena bangsa ini sudah bebas dari buta aksara sejak dua dekade lalu," ungkap dia.
Syarif menyebut perpustakaan telah meninggalkan paradigma lama. Perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai pusat informasi, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan pengembangan pengetahuan.
Saat ini, tidak cukup apabila perpustakaan hanya bicara tentang manuskrip, buku digital, buku elektronik. Perpustakaan dan pustakawan harus mampu berperan sebagai influencer, memberikan tutorial, memandu jalannya teknologi, serta memproduksi barang dan jasa. Hal ini merupakan tantangan yang harus dibangun bersama.
"Saya yakin dan percaya tenaga-tenaga pustakawan tidak ada arti apa-apanya kecuali bergabung kepada ahli, guru besar, doktor, master dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk mengubah nasib bangsa kita," kata dia.
Hal ini merupakan bukti komitmen Perpusnas dalam menegakkan fungsi perpustakaan sebagai agen literasi nasional.
"Untuk menggapai peradaban yang lebih maju, literasilah kuncinya. Karena literasi adalah kunci menjadi negara produsen, negara yang bisa menciptakan kemajuan sekaligus menghasilkan produk-produk berkualitas sebagai warisan peradaban," demikian dia menjelaskan.
Dalam sesi pembahasan buku, Maman Suherman, menyampaikan buku menjelaskan upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara produsen menjadi tanggung jawab bersama.
"Begitu membaca ini, saya melihat Kepala Perpusnas menempatkan perpustakaan tidak dengan mengglorifikasi perpustakaan itu sendiri, tetapi perpustakaan adalah salah satu bagian dari ekosistem keliterasian yang saat ini sedang disusun peta jalan literasinya oleh Kemenko PMK," kata penulis ini.
Maman mengatakan yang menarik dari buku ini adalah pemikiran cara Indonesia bisa mencapai dalam tahapan literasi kelima, yakni mampu memproduksi barang dan jasa. Di mana dalam mewujudkannya diperlukan peran sivitas akademika.
"Kenapa tidak ada produksi, karena dalam pendidikan yang ada hanyalah penelitian, pengabdian masyarakat. Padahal tuntutannya adalah menjadi negara produsen. Saya berharap ini dapat menjadi pemantik di dunia pendidikan," ujar dia.
Sementara itu, Wakil Dekan I UIN Makassar, Andi Ibrahim, menyampaikan buku ini membuat tantangan baru untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara yang berproduksi melalui literasi.
"Saya merasa buku ini apik tapi menohok, dari pengantar yang dibaca, ingin menunjukkan literasi bukan hanya baca tulis tetapi ada hierarki yang dibuat keterkaitannya supaya literasi menjadi kunci negara produsen," ungkap dia.
Dosen Program Studi Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Agus Rusmana, mengatakan gagasan yang disampaikan Kepala Perpusnas mengenai literasi bukanlah jenis tetapi tingkatan.
Baca Juga:
Tingkatkan Literasi, Kepenghuluan Bahtera Makmur Ajak Warga ke Perpustakaan
Ada lima tingkatan literasi yang dimulai dari kemampuan membaca, mendapatkan akses bahan bacaan, kemampuan dapat memahami apa yang dibaca, kemampuan berinovasi dan berkreativitas, dan kemampuan dapat memproduksi dari apa yang dibaca.
Acara juga diikuti penandatanganan nota kesepahaman/kesepakatan (MoU) antara Perpusnas dan 19 perguruan tinggi yakni IAIN Fattahul Muluk Papua, Universitas Prima Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Politeknik Tanjungbalai, Politeknik Kesehatan Kartini Bali,
Juga ada Institut Administrasi dan Kesehatan Setih Setio Muara Bungo, Universitas Indonesia Membangun, Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Indonesia, Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sabang, Universitas Sari Mulia.
Termasuk Universitas Pembangunan Jaya, Universitas Pertamina, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Bina Sarana Informatika, Politeknik Tempo, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Semarang, dan Universitas Diponegoro.
Sekretaris Utama Perpusnas, Ofy Sofiana, menuturkan penandatangan MOU merupakan bentuk komitmen Perpusnas dan perguruan tinggi terhadap fungsi perpustakaan.
"Bahwa perpustakaan tidak hanya sebagai pusat informasi, melainkan juga sebagai pusat pembelajaran, pengembangan, dan penyebaran pengetahuan," jelas dia.
Ofy mengungkapkan perayaan hari jadi Perpusnas ke-43 memiliki serangkaian agenda. Di antaranya, pameran kolaborasi antara Perpusnas dan KITLV, pameran sejarah Perpusnas di Lobby Utama Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas di Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11 Jakarta, dan pemilihan pustakawan berprestasi.
Lalu, penandatanganan MoU dengan perguruan tinggi, Sosialisasi Praktik Baik dari Perpustakaan Perguruan Tinggi, workshop Bunga Artificial di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Bukittinggi, dan talkshow di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar mengenai Kemandirian Ekonomi.
"Selain kegiatan tersebut, Perpusnas RI juga telah mengagendakan kegiatan-kegiatan penting lainnya sampai bulan Juli mendatang. Masyarakat bisa mendapatkan informasi kegiatan terbaru melalui media sosial Perpusnas RI," tutup dia.
[Redaktur: Zahara Sitio]