WahanaNews.co | Emiten pertambangan, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), menilai, permintaan (demand) batu bara pada paruh kedua tahun ini akan meningkat, khususnya dari negara Eropa.
Direktur Adaro Energy, Hendri Tamrin, mengatakan, meningkatnya permintaan dilatarbelakangi oleh terbatasnya pasokan gas dari Rusia.
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
Selain itu, kondisi iklim Eropa yang mulai memasuki musim dingin juga disebut menjadi perhatian utama banyak pemerintah dari negara benua biru.
“Ini tentunya akan meningkatkan permintaan batu bara khususnya mendekati musim dingin akhir tahun ini,” ujar Hendri dalam Public Expose 2022 pada Senin (12/9/2022).
Meski demikian, Hendri mengatakan, hal tersebut juga bergantung pada kebijakan setiap negara dalam memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri.
Baca Juga:
Adaro Pasok Listrik dari Pembangkit Angin ke PLN
Manajemen ADRO menilai, batu bara merupakan sumber daya energi paling murah dibandingkan komoditas energi lainnya seperti gas.
Hal ini dapat dilihat dari kondisi geo-politik yang ada.
Lebih lanjut, Hendri mengatakan bahwa batu bara merupakan komoditas energi yang sangat independen.
Pihak ADRO lantas melihat ke depannya batu bara masih akan menjadi sumber energi yang dapat diandalkan.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat harga batu bara acuan (HBA) September 2022 turun ke angka US$ 319,22 per ton atau terkontraksi 0,74 persen dari posisi bulan lalu.
Hal ini disebabkan karena susutnya nilai rerata indeks bulanan penyusun HBA.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi, mencontohkan, ICI turun 4,95 persen, Platts turun 4,54 persen, sedangkan GNCC dan NEX naik masing-masing 1,60 persen dan 1,39 persen.
Selain itu, Agung menambahkan, faktor lain yang turut mempengaruhi turunnya HBA itu berkaitan dengan upaya China untuk terus meningkatkan impor batu bara dari Rusia dan Australia.
“Peningkatan produksi batu bara Tiongkok dalam upaya mengatasi krisis listrik yang diakibatkan oleh gelombang panas dan kekeringan yang melanda PLTA-nya juga turut menjadi faktor turunnya harga batu bara dunia," kata Agung melalui siaran pers, Kamis (1/9/2022).
Adapun pergerakan HBA sejak awal 2022 sempat menyentuh nilai tertinggi pada bulan Juni, di mana HBA terkerek hingga menyentuh angka US$ 323,91 per ton.
Faktor kondisi geopolitik Eropa imbas konflik Rusia dan Ukraina, serta krisis listrik di India akibat gelombang hawa panas menjadi faktor pengerek utama.
Setelahnya HBA cenderung fluktuatif mengalami kenaikan dan penurunan.
HBA Juli ada di angka US$319,00 per ton dan Agustus lalu sebesar US$321,59 per ton. [gun]