WAHANANEWS.CO, Jakarta - Grup Sampoerna resmi menutup seluruh jejaknya di pasar modal Indonesia setelah melepaskan kepemilikan terakhir pada PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), sebuah langkah yang menandai berakhirnya tiga dekade hubungan konglomerasi keluarga Sampoerna dengan bursa Indonesia sejak awal 1990-an.
Peristiwa hengkangnya Grup Sampoerna dari bursa disampaikan melalui Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (20/11/2025) dan diterima perseroan sehari sebelumnya setelah 1.195.217.500 saham SGRO atau setara 65,721 persen modal disetor berpindah dari Twinwood Family Holdings Limited kepada AGPA Pte Ltd yang merupakan anak usaha Posco International Corporation.
Baca Juga:
53 Persen Korban Adalah Anak: Potret Suram Kekerasan di Jakarta Tahun Ini
SGRO memiliki sejarah panjang bersama keluarga Sampoerna sejak perusahaan perkebunan itu berdiri pada 7 Juni 1993 dengan nama PT Selapan Jaya sebelum kemudian berubah nama menjadi PT Sampoerna Agro pada 2007 pasca-akuisisi oleh Grup Sampoerna Strategic yang mengembangkan bisnis perkebunan terpadu berbasis keberlanjutan jangka panjang.
Sampoerna Agro melantai di Bursa Efek Jakarta pada 18 Juni 2007 melalui penawaran perdana sebanyak 1,890 miliar saham termasuk 461.350.000 saham untuk publik dengan harga Rp 2.340 per saham yang menghasilkan dana Rp 1,079 triliun berdasarkan nilai nominal Rp 200 per saham.
Hubungan keluarga Sampoerna dengan pasar modal bermula jauh lebih awal yaitu ketika PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) mencatatkan sahamnya pada 15 Agustus 1990, dengan melepas 27 juta saham publik serta 18 juta saham pendiri dan total 45 juta saham saat IPO pada harga penawaran Rp 12.600 per saham.
Baca Juga:
Pertemuan Perdana Trump–Mamdani: Dari Saling Serang Jadi Saling Puji
Arah perjalanan HMSP berubah drastis pada 10 Maret 2005 ketika Philip Morris International Inc mengakuisisi 40 persen saham milik Sampoerna dan mengambil alih 57,5 persen saham investor publik melalui tender offer sehingga mengakhiri keterlibatan keluarga Sampoerna dalam industri rokok yang telah menjadi bisnis utama mereka selama puluhan tahun.
Selain SGRO dan HMSP, Grup Sampoerna juga pernah memiliki 10 persen saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebelum melepasnya kepada Grup Northstar pada 2006 yang menambah daftar aset yang dilepas secara bertahap oleh keluarga tersebut dari pasar modal.
Dengan tuntasnya penjualan SGRO kepada AGPA Pte Ltd kini berakhir seluruh kepemilikan Grup Sampoerna di bursa Indonesia yang menutup babak penting perjalanan salah satu konglomerasi terbesar Indonesia dalam tiga dekade terakhir.
Presiden Direktur Grup Sampoerna Bambang Sulistyo pada Kamis (20/11/2025) menjelaskan penjualan SGRO merupakan langkah strategis untuk memfokuskan sumber daya pada lini bisnis lain sembari menyebut Posco International sebagai pihak paling siap membawa SGRO ke fase pertumbuhan baru.
“Kami sangat bersyukur karena telah menemukan rumah baru bagi SGRO dan kami yakin pemilik baru akan menjadi rumah yang baik bagi para pegawai dan membawa SGRO pada prospek pertumbuhan bisnis yang lebih baik ke depan,” ujar Bambang dalam keterangannya.
Ia menegaskan bahwa meski menyerahkan seluruh asetnya di pasar modal Grup Sampoerna tetap berkontribusi bagi ekonomi nasional melalui Bank Sahabat Sampoerna, Sampoerna Kayoe, Sampoerna Land, dan Putera Sampoerna Foundation sambil menilai minat investor terhadap sawit Indonesia masih tinggi namun Posco International dinilai paling mampu melanjutkan tren positif SGRO.
Posco International sebagai bagian dari Posco Group Korea Selatan memiliki rekam jejak panjang di Indonesia mulai proyek Krakatau Posco di Cilegon hingga kerja sama energi dengan Pertamina Hulu Energi serta telah beroperasi di industri kelapa sawit sejak 2011 melalui PT Bio Inti Agrindo di Papua Selatan dengan tiga pabrik berkapasitas total 210.000 ton per tahun.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]