WahanaNews.co, Jakarta -Perekonomian Asia diproyeksikan akan cukup tangguh di masa depan meski dihadapkan dengan kondisi perekonomian global yang harus berhadapan dengan gejolak geopolitik saat ini.
Konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah saat ini diperkirakan akan mempengaruhi rantai pasok beberapa komoditas ekspor dan impor di dunia. Hal itu juga akan berdampak bagi pertumbuhan di kawasan emerging Asia yang diperkirakan turun dari sekitar 5,6% pada 2023 menjadi 5,2% pada 2024.
Baca Juga:
Sri Mulyani Bicara Terkait Performa Baik APBN Ditengah Dinamika Global
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang hadir mewakili Presiden RI Joko Widodo memberikan keynote speech dalam acara Asia Business Council's 2024 Spring Forum, menegaskan bahwa di tengah kondisi perekonomian global yang masih tidak stabil, perekonomian Indonesia mampu tumbuh sebesar 5% selama 8 kuartal terakhir secara berturut-turut.
“Kami memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh di atas 5% pada 2024 dan seterusnya, dengan inflasi yang tetap terkendali. Kepercayaan investor juga masih kuat terhadap ketahanan ekonomi Indonesia,” ujar Menko Airlangga dalam forum yang bertajuk “Developing Asia: New Engines for Growth”.
Hal tersebut juga diperlihatkan melalui keputusan berbagai Lembaga Pemeringkat internasional untuk tetap mempertahankan Indonesia pada level Investment Grade. Moody’s (16 April 2024) menerbitkan Baa2 Stable Outlook untuk Indonesia, serta Fitch dan JCR pada Maret 2024 yang memberikan peringkat BBB (stable).
Baca Juga:
RI-Malaysia Sepakat Dorong ASEAN-GCC sebagai Kekuatan Ekonomi Baru
Ketahanan sektor eksternal juga tetap terjaga yang ditunjukkan dengan posisi cadangan devisa tetap tinggi yaitu sebesar USD140,4 miliar per akhir Maret 2024. Neraca perdagangan Indonesia juga terus mencatat surplus dalam 46 bulan terakhir, dan pada Februari 2024 tercatat sebesar USD0,87 miliar.
Setelah mencapai pemulihan ekonomi yang solid dari pandemi, Indonesia juga akan terus bergerak maju untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045. Hal ini memerlukan pendekatan transformatif dalam pembangunan ekonomi melalui Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi, dan produktivitas ekonomi, Penerapan kebijakan ekonomi hijau, Transformasi digital, Integrasi ekonomi dalam negeri, dan Kawasan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
Indonesia juga sedang dalam proses bergabung dengan OECD dan berpotensi menjadi anggota OECD Asia ketiga setelah Jepang dan Korea Selatan. Proses aksesi OECD diharapkan dapat menjadi katalisator penyempurnaan kebijakan dan peraturan yang unggul, serta sangat penting untuk meningkatkan investasi, produktivitas, dan konektivitas yang didorong oleh teknologi.
Pemerintah juga berupaya merumuskan kembali kebijakan yang lebih baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, dan ramah lingkungan. Sementara, untuk terus memaksimalkan potensi pertumbuhan dan evolusi struktural, Pemerintah berfokus pada kebijakan yakni antara lain meningkatkan peran sektor manufaktur, meningkatkan daya saing da produktivitas melalui Strategi Pengembangan Ekonomi Digital 2030, serta mengembangkan ekonomi hijau dan energi terbarukan menuju target Net Zero Emission.
Menko Airlangga juga mengatakan bahwa forum Asia Business Council merupakan agenda yang sesuai untuk meyakinkan para pebisnis besar dari Asia mengenai komitmen Indonesia untuk mempercepat pembangunan ekonomi dengan menjamin kesinambungan reformasi struktural, serta meningkatkan daya saing.
“Dengan diumumkannya hasil resmi Pemilu Indonesia, keberlangsungan agenda pembangunan dipastikan tetap sejalan dengan dokumen perencanaan jangka panjang 2025-2045. Pemerintah Indonesia juga terbuka untuk mendukung inisatif investasi apapun di sini, termasuk juga mendukung perdagangan dan pengembangan SDM,” pungkas Menko Airlangga. Demikian dilansir dari laman ekongoid, Sabtu (20/4).
[Redaktur: Alpredo Gultom]