WahanaNews.co, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) memperkirakan bahwa aksi boikot produk yang terkait dengan Israel dapat menyebabkan penurunan transaksi di pasar modern hingga 50 persen.
Sekretaris Jenderal AP3MI, Uswati, menjelaskan bahwa penurunan tersebut terjadi karena sebagian besar barang yang terlibat dalam boikot adalah produk pareto atau konsumer, seperti shampo, susu balita, dan minuman ringan.
Baca Juga:
Soal YKMI Rilis Daftar Produk Boikot Pro Israel, Wasekjen MUI Angkat Suara
"Pengurangan penjualan produk pareto biasanya dimulai dari isu kecil yang berkembang. Kemungkinan transaksi di pasar ritel bisa menurun hingga 50 persen, dan target ekonomi pemerintah mungkin sulit dicapai," ungkapnya dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu (15/11/2023).
Pendapat ini juga disetujui oleh Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey. Roy menyatakan bahwa aksi boikot akan membuat konsumen kesulitan mendapatkan produk yang mereka butuhkan.
Sebagai contoh, ia mengatakan bahwa seorang bayi yang membutuhkan susu murni harus membelinya di ritel, tetapi hal ini tidak mungkin terjadi karena adanya aksi boikot tersebut.
Baca Juga:
Usulan Boikot Produk Israel Mulai Bikin Pengusaha Dunia Ketakutan
"Nah ini yang disayangkan, karena kebutuhan ibunya ini untuk membelanjakan untuk bayinya ini dan membutuhkan, akhirnya harus tergantikan, dan bahkan bisa berdampak akan menjadi masalah," ujarnya.
Roy juga menyampaikan bahwa produk-produk makanan dan minuman yang diproduksi di pabrik sudah memiliki sertifikasi halal dan telah menyerap begitu banyak tenaga kerja.
Oleh karena itu, dampak dari aksi boikot tersebut akan terasa pada kinerja produksi.