WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kerap kali tanpa disadari, keputusan keuangan yang buruk justru datang dari kebiasaan sehari-hari yang tampak normal, terutama di kalangan kelas menengah.
Dari pembelian barang mewah hingga cicilan konsumtif, banyak yang secara tak langsung menggali lubang keuangan sendiri dengan dalih mengikuti gaya hidup modern.
Baca Juga:
Enau, Pohon Serbaguna
Padahal, tekanan sosial dan keinginan untuk terlihat berhasil seringkali menyesatkan dan menjauhkan dari tujuan utama: kebebasan finansial.
Pakar keuangan dan pendiri Balanced News Summary, Christopher William, mengingatkan bahwa masalah terbesar yang menggerogoti stabilitas keuangan adalah kebiasaan membelanjakan uang melebihi penghasilan yang dimiliki.
"Masalah paling merusak adalah ketika seseorang menghabiskan lebih banyak daripada yang mereka hasilkan," ujarnya. Menurutnya, hal ini menjadi akar utama dari jeratan utang berkepanjangan yang sering kali menjebak kelas menengah.
Baca Juga:
Kajari Dairi Teken PKS dengan Beberapa OPD Pakpak Bharat, Ini Tujuannya
Salah satu penyebab utamanya adalah utang konsumtif dan cicilan yang menumpuk tanpa pertimbangan jangka panjang.
Jonathan Merry dari Moneyzine mengungkapkan bahwa banyak orang tidak menyadari betapa bahayanya pinjaman yang digunakan hanya untuk memenuhi gaya hidup, sementara Carter Seuthe dari Credit Summit Consolidation menambahkan, “Begitu bunga berjalan, sulit untuk keluar dari lingkaran itu.” Kedua pakar ini sepakat bahwa utang konsumtif bisa jadi bom waktu bagi kondisi keuangan seseorang.
Selain itu, ada pula pengeluaran yang tampak sepele namun diam-diam menguras uang, seperti berlangganan layanan streaming atau keanggotaan gym mahal yang jarang dimanfaatkan.