Merry menekankan, "Kelihatannya murah, tapi kalau dijumlahkan, jadi beban bulanan yang besar." Pengeluaran seperti ini menjadi jebakan yang tak disadari dan kerap dibiarkan terus terjadi.
Di sisi lain, keputusan untuk membeli barang yang nilainya justru turun dari waktu ke waktu juga dinilai sebagai kesalahan umum.
Baca Juga:
Paul Pogba Pimpin 51 Atlet Desak UEFA Larang Israel Tampil di Sepak Bola Internasional
Steven Neeley dari Fortress Capital Advisors menyebut bahwa mobil baru dan barang-barang mewah tidak hanya merusak anggaran, tapi juga merugikan secara aset.
"Daripada mobil mahal yang nilainya turun drastis, lebih baik beli mobil bekas yang masih layak pakai," sarannya. Ia mengingatkan bahwa mengganti mobil Rp1 miliar setiap 3 hingga 5 tahun bisa menghabiskan ratusan juta rupiah.
Tak sedikit pula orang tua kelas menengah yang tetap membiayai hidup anak-anaknya yang telah dewasa, padahal mereka sendiri mendekati masa pensiun. Menurut Merry, hal ini sangat mengganggu rencana pensiun.
Baca Juga:
Tekanan Politik AS Gagalkan Upaya Pembekuan Israel di UEFA
"Lebih baik bantu mereka mandiri, dan fokus ke dana hari tua Anda sendiri," tegasnya.
Sementara itu, sikap berhemat yang berlebihan atau frugal juga bisa membawa dampak negatif jika tidak dilakukan dengan bijak. Percy Grunwald dari Compare Banks memberi contoh, membeli barang murah yang mudah rusak justru membuat seseorang harus berulang kali membeli produk yang sama.
“Dalam jangka panjang, itu jauh lebih boros,” katanya.