Sebagai pemain baru di industri penerbangan, Indonesia Airlines berencana menyasar segmen premium. Iskandar menegaskan bahwa pendirian maskapai ini telah melalui studi kelayakan yang matang.
"Saya telah melakukan studi kelayakan terkait bisnis penerbangan di Indonesia. Dengan lokasi strategis yang berada di antara dua benua dan dua samudra, seharusnya industri ini bisa berkembang jauh lebih baik," jelasnya.
Baca Juga:
Dulu Kerja di PLN, Kini Iskandar Jadi Bos Maskapai Indonesia Airlines
Ia menilai bahwa permasalahan utama dalam bisnis penerbangan nasional bukanlah kegagalan dalam penanganan, melainkan pengelolaan yang belum optimal.
Dalam sebuah wawancara di podcast yang diunggah di YouTube, Iskandar mengungkapkan bahwa pada 2024, Bandara Changi di Singapura hanya melayani lebih dari 40 juta penumpang, jumlah yang lebih rendah dibandingkan Indonesia.
Namun, maskapai di negara tersebut tetap mampu menghasilkan keuntungan.
Baca Juga:
Inilah 25 Maskapai Terbaik Dunia 2025: Korean Air Nomor Satu, Garuda Indonesia Juga Masuk
"Mereka saja dengan jumlah penumpang lebih rendah bisa menghasilkan keuntungan. Ini menjadi tanda tanya besar bagi kita," ungkapnya.
Dalam studinya, Indonesia Airlines menargetkan 20 persen penumpang dari dalam negeri, dengan perkiraan okupansi 70 persen dalam lima tahun pertama, yang setara dengan 4,4 juta penumpang.
Maskapai ini direncanakan mulai beroperasi pada Mei setelah Lebaran, dengan rencana penerbangan ke 20 kota dan berbasis di Bandara Soekarno-Hatta.