WahanaNews.co | Eks pegawai Tesla melayangkan gugatan kepada perusahaan mobil listrik tersebut terkait tudingan pemecatan massal yang menurutnya melanggar undang-undang federasi di Amerika Serikat terkait tidak adanya pemberitahuan terlebih dahulu.
Gugatan itu dilayangkan di Texas oleh dua orang eks pekerja Tesla yang dipecat dari pabrik mobil listrik milik Elon Musk di Sparks, Nevada, pada awal Juni.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Berdasarkan pada dokumen gugatan tersebut, sejumlah 500 pegawai dipecat dari pabrik di Nevada tersebut.
“Pihak Tesla hanya menyebutkan seluruh pegawai yang disebutkan akan dipecat dan berlaku sejak pemberitahuan diumumkan,” gugat para mantan pekerja Tesla yang tertulis pada dokumen gugatan.
Pendiri Tesla, Elon Musk, tidak ambil pusing soal gugatan tersebut. Elon bahkan menyebutkan gugatan yang dilayangkan tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
Baca Juga:
Agar Elon Musk Buka Kantor X di RI, Kominfo Atur Strategi
“Mari jangan terbawa suasana soal gugatan pre-emtif yang tidak berdasar,” ujar Elon saat menghadiri Forum Ekonomi Qatar yang digelar oleh Bloomberg.
Elon menuding media hanya membesar-besarkan hal yang sepele apalagi yang bersangkutan dengan Tesla.
“Sepertinya segala sesuatu yang berkaitan dengan Tesla mengundang banyak klik dan pembaca, baik itu hal penting atau tidak penting. Bagi saya, gugatan yang disebutkan itu hal yang tidak begitu penting,” tegas Elon.
Firasat Buruk Elon Musk
Diketahui Elon menugaskan seluruh eksekutifnya untuk berhenti membuka lowongan dan memecat sekitar 10 persen pegawainya.
Dilansir dari Reuters, penugasan kepada eksekutifnya di seluruh dunia ini dilakukan karena Elon memiliki firasat buruk terkait kondisi ekonomi dunia dalam waktu dekat.
Namun, pelepasan pegawai ini merupakan hal yang selalu terjadi setiap tahun di Tesla.
Pada akhir tahun 2021, Tesla tercatat memiliki sebanyak 99.290 pegawai di seluruh dunia.
Tesla memecat ratusan pegawai pada Oktober 2017, 9 persen staff dipecat pada Juni 2018, sekitar 7 persen dilepas pada Januari 2019 lalu memotong gaji pegawainya pada April 2020.
Kali ini Elon mengirim email ke seluruh eksekutifnya untuk menegaskan pegawai yang tidak kembali ke kantor setelah menjalani Work From Home (WFH) dianggap mengundurkan diri.
“Bagi pegawai yang tidak hadir ke kantor pada waktu yang ditentukan. Maka kami akan menganggap anda mengundurkan diri,” tulis Elon di emailnya dilansir dari The Verge pada Jumat (3/6/2022) lalu. [rin]