WahanaNews.co | Menghadapi dolar Amerika Serikat (AS), Rupiah kembali menunjukkan kekuatannya Rabu (26/4/2023) kemarin.
Tertekan sejak pembukaan perdagangan, rupiah mengakhiri dengan penguatan tipis 0,07% ke Rp 14.830/US$.
Penguatan rupiah berpeluang berlanjut lagi pada perdagangan Kamis (27/4/2023) melihat indeks dolar AS yang turun 0,4% kemarin.
Baca Juga:
Analis Prediksi Rupiah Melemah, Investor Khawatirkan Kondisi Fiskal Pemerintah Indonesia
Penurunan indeks dolar AS terjadi setelah Departemen Perdagangan melaporkan pesanan barang modal anjlok lebih besar dari prediksi pada Maret, begitu juga dengan pengiriman. Hal ini menjadi indikasi melambatnya ekonomi Negeri Paman Sam.
Selain itu, Amerika Serikat kembali terancam gagal bayar utang (default) dalam waktu dekat. Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan AS Janet Yellen, bahkan sudah mewanti-wantinya sejak tahun lalu.
"Kegagalan utang kami akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan," kata Yellen kepada anggota Kamar Dagang Metropolitan Sacramento, Selasa (25/4/2023).
Baca Juga:
Analis Prediksi Rupiah Melemah Terbatas Akibat Penurunan Kepercayaan Konsumen dan Penjualan Mobil
"Kegagalan akan menaikkan biaya pinjaman selamanya. Investasi masa depan akan menjadi jauh lebih mahal," tuturnya, dikutip dari Reuters.
Utang Amerika Serikat menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) untuk pertama kali dalam sejarah pada Oktober tahun lalu.
Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun, menjadi yang terbesar di dunia. Bahkan sangat jauh di atas Inggris, negara dengan utang terbanyak kedua di dunia yang nilainya tidak sampai US$ 9 triliun.