WAHANANEWS.CO, Jakarta - Gejala tekanan ekonomi di Indonesia kian terasa nyata saat masyarakat mulai menggantungkan keberlangsungan hidup mereka pada berbagai bentuk utang, dari pinjol, pegadaian, hingga skema bayar nanti.
Fenomena ini tak lagi hanya menyasar kelompok rentan, namun juga merambah kalangan menengah. Pemerintah pun didesak untuk segera menyalakan alarm darurat sebelum krisis konsumsi menghantam lebih dalam.
Baca Juga:
Krisis Ekonomi Argentina Makin Ngeri, Warga Makan Sampah-Bank Sentral Bubar
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bima Yudhistira, mengungkapkan bahwa saat ini tingkat tabungan masyarakat Indonesia mengalami penurunan, baik dari sisi pertumbuhan maupun proporsi.
Menurutnya, perputaran ekonomi yang terlihat menggeliat saat ini justru sebagian besar didorong oleh pinjaman atau utang yang terus membengkak.
“Jadi ini bukan soal daya beli, tapi kondisi masyarakat sekarang sudah bergantung pada pegadaian, pay later, hingga pinjol dengan bunga yang mencekik,” ujar Bima, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
UU Perlindungan Konsumen: Berbagai Peraturan untuk Menjamin Hak Konsumen
Lebih mengkhawatirkan lagi, Bima menilai bahwa utang-utang tersebut kini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, bukan untuk konsumsi barang tersier ataupun investasi.
Kondisi ini pun dikhawatirkan telah merambah kelas menengah, yang selama ini menjadi tulang punggung konsumsi nasional, sehingga berpotensi membahayakan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Bima memperingatkan bahwa jika tren ini dibiarkan, maka akan terjadi penurunan konsumsi agregat yang berujung pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.