WahanaNews.co, Kendal - Beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengambil langkah penting dengan melakukan penghentian ekspor bahan mentah dan menetapkan kebijakan terkait hilirisasi. Indonesia kini berangsur membangun ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri, yang diharapkan dalam beberapa tahun ke depan dapat menjadi salah satu pemain utama dalam rantai pasokan global.
“Rencana yang sudah kita putuskan beberapa tahun yang lalu untuk membangun sebuah ekosistem besar kendaraan listrik, satu per satu mulai kelihatan nyata dan betul-betul sudah ada di negara kita, Indonesia,” tutur Presiden RI Joko Widodo saat meresmikan Pabrik Bahan Anoda Baterai Lithium PT Indonesia BTR New Energi Material di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Provinsi Jawa Tengah, Rabu (7/08).
Baca Juga:
Pacu Kreativitas Mahasiswa Indonesia, PLN Gelar Kompetisi Membangun Gokart Listrik
Sebagai pelaku usaha di KEK Kendal sejak Agustus 2023, PT Indonesia BTR New Energi telah berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik tahap pertama di KEK Kendal dalam waktu hanya 10 bulan, yang saat ini menjadi pabrik anoda terbesar di dunia di luar Tiongkok.
Kemudian, konstruksi tahap kedua akan dimulai pada semester kedua tahun ini dengan target COD pada Maret 2025. Setelah Tahap I dan II selesai, Indonesia nantinya akan menjadi produsen bahan anoda baterai litium-ion terbesar kedua di dunia dengan total produksi 160.000 ton per tahun.
Pada tahap pertama, proyek tersebut akan menghasilkan kapasitas produksi hingga 80.000 ton material anoda per tahun dengan investasi sebesar USD478 juta. Kemudian, di tahap kedua nanti akan memberikan tambahan kapasitas produksi sebesar 80.000 ton per tahun, dengan rencana investasi sebesar USD299 juta. Proyek tersebut secara total akan menciptakan lapangan kerja bagi 7800 tenaga kerja, dengan serapan 6000 tenaga kerja lokal pada saat konstruksi dan 1800 tenaga kerja lokal pada saat beroperasi di tahap pertama dan kedua.
Baca Juga:
Pacu Kreativitas Mahasiswa Indonesia, PLN Gelar Kompetisi Membangun Gokart Listrik
Selanjutnya, Proyek BTR akan memberikan kontribusi devisa sekitar USD1 miliar per tahun. Proyek tersebut akan mengisi kekosongan industri anoda baterai lithium di indonesia dan wilayah ASEAN.
Selain mendukung program hilirisasi Pemerintah, proyek tersebut juga diharapkan akan dapat mendorong supply chain industri energi baru sekaligus mendukung integrasi Indonesia ke dalam rantai pasokan global bahan baterai litium sehingga dapat menjadi pemain global dalam ekosistem baterai dan kendaraan listrik.
“Kami laporkan, Bapak Presiden, bahwa Kawasan Ekonomi Khusus ini kita sudah membangun 22 Kawasan Ekonomi semacam ini, dari Aceh sampai Papua. Dan sampai semester pertama tahun ini investasinya Rp205,2 triliun, serapan tenaga kerjanya 132.227 orang,” ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam laporannya pada kesempatan yang sama.