WahanaNews.co | Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, menguatnya aktivitas ekonomi membuat PMI Indonesia melanjutkan level ekspansif yang stabil dan berkelanjutan selama 22 bulan beruntun.
"Ini meningkatkan ekspektasi positif pelaku usaha atas kondisi ekonomi Indonesia, sehingga berpeluang dalam menarik investasi baru ke dalam negeri,” kata Menko Airlangga di Jakarta, Senin (3/07).
Baca Juga:
Pelindungan Konsumen Sistem Pembayaran
Inflasi Juni, yang bertepatan dengan momen Hari Raya Iduladha 2023 tetap terkendali. Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 3,52% (yoy), telah kembali dalam rentang target sasaran tahun 2023 yakni 3%±1%.
Sementara secara bulanan, terjadi inflasi sebesar 0,14% (mtm), lebih tinggi dibanding inflasi bulan sebelumnya (Mei 2023) yang sebesar 0,09% (mtm), namun lebih rendah dibandingkan inflasi bulan yang sama tahun sebelumnya (Juni 2022) yang sebesar 0,61% (mtm).
Secara historis, pada momen Iduladha umumnya didorong oleh kenaikan harga pangan. Inflasi harga pangan bergejolak (volatile food/VF) tercatat sebesar 0,44% (mtm), yang disumbang oleh kenaikan harga komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang putih.
Baca Juga:
Menuju Satu Dekade Memberi Manfaat, Pemerintah Terus Dorong KUR untuk Usaha Produktif
Namun demikian, hingga tengah tahun inflasi VF tercatat sebesar 3,22% (ytd) atau secara tahunan sebesar 1,20% (yoy), lebih rendah bulan dari sebelumnya (Mei 2023) sebesar 3,28% (yoy).
“Capaian inflasi hingga tengah tahun 2023 tetap terkendali dan telah kembali masuk kisaran target inflasi. Hal ini merupakan hasil koordinasi dan sinergi yang solid dari TPIP dan TPID. Ke depan, sinergi ini akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi tahun 2023 tetap dalam kisaran sasaran untuk menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” ujar Airlangga Hartarto.
Komoditas daging ayam dan telur ayam ras memberikan andil inflasi m-to-m Juni 2023 masing-masing sebesar 0,06% dan 0,02%. Kenaikan harga daging ayam ras dipengaruhi oleh masih tingginya harga jagung sebagai bahan pakan ternak di tengah produksi yang belum kembali normal pasca afkir dini yang dilakukan peternak pada tahun lalu.