WAHANANEWS.CO, Jakarta – Jika dilihat dalam 20 tahun terakhir, dolar Singapura memang mencetak all time high. Terhadap dolar Singapura, rupiah sangat tidak berarti dengan penurunan nyaris 20%, menurut data Refinitiv.
Di tengah penguatan dolar AS terhadap rupiah dalam beberapa bulan terakhir, tanpa kita sadari mata uang Garuda juga tergerus terhadap dolar Singapura. Pada akhir April, mata uang Singapura sempat menyentuh Rp12.875.
Baca Juga:
Analis Sebut Rupiah Melemah Imbas Trump Pecat Anggota Dewan Gubernur The Fed
Melansir CNBC Indonesia, Kamis (25/9/2025), Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI R. Triwahyono mengatakan sebenarnya kalau dikatakan dolar Singapura semakin menguat terhadap rupiah, itu tergantung rentang waktunya atau time horizon berapa lama.
"Namun sebagai contoh, kalau kita melihat potongan waktu dalam 1 bulan terakhir, kita bisa lihat bahwa dolar Singapura menguat 1,31% terhadap dolar AS, sedangkan rupiah menguat 2,40% terhadap dolar AS. Sehingga di 1 bulan terakhir ini sebenarnya rupiah relative menguat terhadap dolar Singapura sekitar 1,41%," ujarnya.
Dengan demikian, dolar AS bisa dikatakan sebagai mata uang utama dunia dalam konteks sebagai mata uang yang paling banyak digunakan sebagai reserve currency, maka nilai tukar mata uang negara manapun biasanya akan selalu "dilawankan" dengan dolar AS.
Baca Juga:
Rupiah Melemah, Erick Yakin Keuangan BUMN Tetap Stabil
"Sedangkan nilai tukar antar mata uang lain yang tidak melibatkan USD, misalnya SGD/IDR, sering disebut sebagai cross currency. Jadi cross currency tidak selalu bisa menjelaskan hubungan antar kedua negara tersebut," jelas Triwahyono.
Aset Singapura Jadi Incaran
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro mengungkapkan banyak investor yang masih dan terus percaya dengan aset Singapura.