"Dan ini yang menyebabkan mengapa kemudian capital flows tetap masuk ke sektor keuangan dan wealth management di Singapura itu sendiri," ujar Andry.
Hal ini diperkuat dengan pertumbuhan dana pihak ketiga dari non-residen di Singapura.
Baca Juga:
Tanggapan Airlangga Hartarto soal Rencana Menkeu Redenominasi Rupiah
"Saya coba bacain datanya ya, pertumbuhan DPK di resident outside Singapura, jadi DPK from resident outside Singapura itu tumbuhnya terakhir datanya itu di 6,18%. Di tahun lalu di Maret bahkan tumbuh sempat di 14,2%. Jadi inilah pertumbuhan DPK non-resident lah gitu ya," kata Andry.
Andry pun menambahkan pertumbuhan DPK Singapura dari total depositonya mencapai 6,8%. Ini memang mengindikasikan besarnya penempatan dana dari non-residen Singapura di instrumen perbankan Negeri Jiran tersebut.
Faktor lain yang membuat mata uang Singapura semakin menguat adalah kinerja ekonominya.
Baca Juga:
Redenominasi Rupiah, Airlangga Hartarto: Belum Ada Rencana Matang
"Yang berikutnya adalah narasi pertumbuhan ekonomi yang memang masih di atas ekspektasi...Narasi pertumbuhan itu semakin penting sekarang. Ya bagi Indonesia ya tumbuh relatif stabil di angka 4,5-5% misalnya. Di saat negara-negara lain trouble untuk mencapai event pertumbuhan up to 4,5% misalnya. Ini akan memberikan faktor plus tersendiri buat Indonesia," paparnya.
Di sisi Singapura, ekonominya cukup baik. Pada kuartal I-2025, ekonomi Singapura tumbuh 1,9% dan mengalahkan konsensus pasar. Selain itu, inflasi intinya tetap relatif rendah dan surplus neraca perdagangan juga cukup konsisten.
"Jadi itu yang kemudian menyebabkan capital flows tetap ada di Singapura dan membuat kursnya juga relatif menguat," tegas Andry.