WahanaNews.co | Dalam Presidensi G20 tahun 2022 lalu, Indonesia telah mengusung penguatan arsitektur kesehatan global sebagai salah satu isu prioritas di bidang kesehatan.
Isu prioritas di bidang kesehatan tersebut selanjutnya juga difokuskan dalam beberapa hal mulai dari harmonisasi standar protokol kesehatan global, membangun ketahanan kesehatan global, memperluas manufaktur global dan pusat pengetahuan sebagai langkah pencegahan pandemi serta meningkatkan kesiapsiagaan dan respons pandemi di masa yang akan datang.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Guna mendorong diseminasi informasi dari hasil pertemuan G20 kepada publik, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku focal point pada Jalur Sherpa melaksanakan Kuliah Tamu di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang pada Selasa (30/05).
Undip sendiri telah terlibat aktif dalam penanganan pandemi Covid-19 melalui kerja sama dengan PT Bio Farma dalam pengembangan Vaksin Merah Putih, kerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang terkait dukungan penelitian dan pengembangan teknologi dalam penanganan Covid-19, kegiatan pengabdian masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata mahasiswa, dan kegiatan lainnya.
Untuk itu, kuliah tamu kali ini dilakukan dengan mengusung tema yang berfokus pada peluang dan tantangan implementasi kerja sama multilateral sektor kesehatan di Indonesia pasca KTT G20 Bali.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Kuliah tamu tersebut juga diharapkan dapat menjadi pintu awal dari kerja sama lain yang dapat dijalin antara Kemenko Perekonomian dengan Undip kedepannya.
“Kegiatan ini bertujuan sebagai sarana interaksi antara Pemerintah dan dunia akademik, baik sebagai media bagi Pemerintah untuk membagikan capaian diplomasi ekonomi yang dilakukan Pemerintah dalam forum multilateral G20, maupun sarana bagi dunia akademik untuk menyampaikan masukan-masukan yang dapat memperkuat efektivitas implementasi isu-isu yang dapat diperjuangkan Pemerintah di forum G20,” ungkap Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral yang juga Co-Sous Sherpa G20 Indonesia Ferry Ardiyanto.
Adapun salah satu concrete deliverables isu kesehatan global yakni disepakatinya skema pendanaan bernama Financial Intermediary Fund (FIF) for Pandemic Prevention, Preparedness, and Response yang kemudian bertransformasi menjadi Pandemic Fund. Skema tersebut merupakan aksi kolaboratif antara negara donor, mitra, resipien, dan filantropis, dengan pengelolaan dana oleh Bank Dunia dan tenaga ahli dari WHO untuk meningkatkan aksi pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap pandemi di masa mendatang, terutama pada negara-negara yang rentan.
Hingga saat ini Pandemic Fund tersebut telah terkumpul sebesar USD1,57 miliar yang berasal dari 25 kontributor dari 22 negara dan 3 lembaga filantropis. Dalam Pandemic Fund tersebut, Indonesia juga memberikan komitmen kontribusi sebesar USD50 juta yang akan dibayarkan dalam 5 tahun ke depan, dan saat ini sedang melakukan proses pembayaran tahap pertama di tahun 2023.
Pendirian Pandemic Fund tersebut memperkuat arsitektur kesehatan global karena dapat diakses oleh negara-negara miskin dan berkembang, termasuk Indonesia, dengan mengajukan proposal penggunaan dana yang menggunakan instrumen hibah.
Pada pertengahan Mei 2023, Indonesia mengajukan proposal “Strengthening the Capacity of Regional Health Surveillance in Indonesia and Southeast Asia (SCORES) One Health Proposal” dengan jumlah USD59,8 untuk penguatan surveilans penyakit dan peringatan dini yang komprehensif, peningkatan sistem laboratorium, dan penguatan kapasitas tenaga kesehatan.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya yakni Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip, Ketua Program Studi Hubungan Internasional Undip, pengajar, dan mahasiswa Departemen Hubungan Internasional Undip. Demikian dilansir dari laman ekongoid, Selasa (6/6). [jp/jup]