WahanaNews.co | Menteri BUMN Erick Thohir memastikan bahwa kontribusi perusahaan pelat merah dalam bentuk dividen, pajak, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) difokuskan bagi percepatan pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Kontribusi BUMN kepada negara mencapai Rp 377 triliun di 2020. Selain itu, kontribusi BUMN juga digunakan mendukung program pemerintah yang dinilai pro terhadap masyarakat. Khususnya, program jaring pengaman sosial sepanjang pandemi Covid-19.
Baca Juga:
LindungiHutan Gelar Webinar Gratis Pentingnya CSR Berbasis Lingkungan untuk Bisnis Berkelanjutan
"Tentu, dana ini dipakai untuk pemerintah melakukan percepatan pengentasan kemiskinan dan juga program-program yang pro rakyat," ujar Erick melalui akun instagramnya, Kamis (24/2/2022).
Erick mencontohkan, program pemerintah yang pro rakyat salah satunya adalah stimulasi listrik yang berlaku hingga Juni 2021 lalu. Dimana pemerintah melalui PT PLN (Persero) memberikan stimulus kepada pelanggan rumah tangga, industri, dan bisnis kecil dengan daya 450 VA.
"Contoh saat Covid pemerintah menggelontorkan yang namanya bantuan sosial, listrik 450 VA digratiskan pemerintah," kata dia.
Baca Juga:
Gibran Rakabuming Raka Komitmen Dorong PLN Capai 20% Energi Terbarukan
Erick mengingatkan, perusahaan negara menjadi sepertiga dari kekuatan makro ekonomi Indonesia, perlu mengambil langkah intervensi untuk mendorong kesejahteraan masyarakat seperti amanah Sila kelima Pancasila.
"Tentu BUMN menjadi kekuatan tersendiri di ekonomi di Indonesia, kekuatan BUMN di Indonesia adalah sepertiga, jadi sangat besar," tutur Erick.
Di lain sisi, Erick Thohir mengungkap ekonomi Indonesia akan terus tumbuh hingga di tahun 2045. Proyeksi tersebut sejalan dengan market dalam negeri yang diklaim paling besar di Asia Tenggara.
Meski adanya proyeksi yang optimistis, Erick juga tak mengelak akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.
Kemungkinan itu diperkirakan terjadi pada 2038, ketika ekonomi Tanah Air berada dalam kondisi "lampu kuning" atau gawat.
Istilah "lampu kuning" untuk menggambarkan kondisi makro ekonomi Tanah Air belum begitu jelas. Hanya saja, Erick menyinggung pada saat ini pendapatan kelas menengah (middle income class) mengalami perlambatan, bahkan menyusut.
"Yang namanya segitiga kita berubah jadi begini (segitiga terbalik) segitiga yang tadinya bonus demografi banyak, middle income class-nya tumbuh, nanti berubah orang tuanya banyak, middle income class-nya susut, ini realita," kata dia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah perlu melakukan intervensi pada proses hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki saat ini. Langkah itu dilakukan melalui program transformasi sejumlah perusahaan negara. [rin]